Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun infrastruktur untuk meningkatkan produksi dan ekspor untuk jagung dan juga hasil budi daya turunan jagung di Kabupaten Keerom, Papua dan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat, menekankan pentingnya infrastruktur untuk tata kelola air (water management) dalam mendukung produksi pangan
"Kuncinya ada pada ketersediaan air untuk irigasi, baru diikuti dengan teknologi pertaniannya," kata Basuki.
Pengembangan budi daya jagung di Kabupaten Keerom akan dilakukan pada lahan seluas 10.000 hektare (ha), yang terdiri dari 7.000 ha Area Penggunaan Lain (APL) dan 3.000 ha area bekas plasma sawit. Untuk tahap awal, pengembangan budi daya jagung dilaksanakan pada lahan seluas 3.000 ha bekas plasma sawit yang berada di tujuh kawasan yakni Kampung Wambes, Wembi, Suskun, Workwana, Pyawi, Wonorejo dan Yamara.
Baca juga: Pemerintah dorong ekstensifikasi jagung 86 ribu hektare di lahan baru
Basuki mengatakan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR telah memobilisasi peralatan dan tenaga kerja. Kemudian, akan dilakukan land clearing dan pembangunan saluran drainase di lokasi bekas plasma sawit seluas 3.000 hektare yang akan terkontrak pada 5 Agustus 2022.
Untuk program budi daya jagung di Kabupaten Belu, pada musim tanam saat ini dipusatkan di Blok C pada lahan lumbung pangan di Bendungan Rotiklot seluas 16 ha dari luas layanan 22 ha.
“Dukungan infrastruktur dilakukan melalui pembangunan jaringan irigasi sprinkler dengan memanfaatkan air dari Bendungan Rotiklot sebanyak 150 unit big gun sprinkler untuk lahan 55 ha,” kata Basuki.
Selain bersumber dari Bendungan Rotiklot, pembangunan jaringan irigasi sprinkler juga dilakukan dengan memanfaatkan air dari Bendungan Haliwen sebanyak 50 unit big gun sprinkler untuk lahan 20 ha dan Bendungan Haekrit 200 unit big gun sprinkler untuk 60 ha.
Saat ini ada sekitar satu ha lahan ditanami tomat di lokasi Bendungan Haliwen dan 2 ha lahan ditanami jagung di lokasi bendungan Haekrit yang dilakukan secara mandiri oleh petani penduduk sekitar.
Baca juga: Mentan tegaskan RI sudah tak impor jagung kecuali untuk industri
Selain bersumber dari bendungan, Kementerian PUPR juga membangun jaringan irigasi sprinkler dari sumur air tanah dengan melakukan rehabilitasi sumur Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) sebanyak 23 unit pada lokasi lumbung pangan (food estate) di Kabupaten Belu.
Jaringan irigasi sprinkler ini akan memberikan layanan irigasi untuk lahan seluas 230 ha dengan debit per sumur sebesar 6-16 liter/detik.
Infrastruktur jaringan irigasi sprinkler di 23 lokasi JIAT telah siap untuk dioperasikan, menurut pernyataan Kementerian PUPR.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat, menekankan pentingnya infrastruktur untuk tata kelola air (water management) dalam mendukung produksi pangan
"Kuncinya ada pada ketersediaan air untuk irigasi, baru diikuti dengan teknologi pertaniannya," kata Basuki.
Pengembangan budi daya jagung di Kabupaten Keerom akan dilakukan pada lahan seluas 10.000 hektare (ha), yang terdiri dari 7.000 ha Area Penggunaan Lain (APL) dan 3.000 ha area bekas plasma sawit. Untuk tahap awal, pengembangan budi daya jagung dilaksanakan pada lahan seluas 3.000 ha bekas plasma sawit yang berada di tujuh kawasan yakni Kampung Wambes, Wembi, Suskun, Workwana, Pyawi, Wonorejo dan Yamara.
Baca juga: Pemerintah dorong ekstensifikasi jagung 86 ribu hektare di lahan baru
Basuki mengatakan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR telah memobilisasi peralatan dan tenaga kerja. Kemudian, akan dilakukan land clearing dan pembangunan saluran drainase di lokasi bekas plasma sawit seluas 3.000 hektare yang akan terkontrak pada 5 Agustus 2022.
Untuk program budi daya jagung di Kabupaten Belu, pada musim tanam saat ini dipusatkan di Blok C pada lahan lumbung pangan di Bendungan Rotiklot seluas 16 ha dari luas layanan 22 ha.
“Dukungan infrastruktur dilakukan melalui pembangunan jaringan irigasi sprinkler dengan memanfaatkan air dari Bendungan Rotiklot sebanyak 150 unit big gun sprinkler untuk lahan 55 ha,” kata Basuki.
Selain bersumber dari Bendungan Rotiklot, pembangunan jaringan irigasi sprinkler juga dilakukan dengan memanfaatkan air dari Bendungan Haliwen sebanyak 50 unit big gun sprinkler untuk lahan 20 ha dan Bendungan Haekrit 200 unit big gun sprinkler untuk 60 ha.
Saat ini ada sekitar satu ha lahan ditanami tomat di lokasi Bendungan Haliwen dan 2 ha lahan ditanami jagung di lokasi bendungan Haekrit yang dilakukan secara mandiri oleh petani penduduk sekitar.
Baca juga: Mentan tegaskan RI sudah tak impor jagung kecuali untuk industri
Selain bersumber dari bendungan, Kementerian PUPR juga membangun jaringan irigasi sprinkler dari sumur air tanah dengan melakukan rehabilitasi sumur Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) sebanyak 23 unit pada lokasi lumbung pangan (food estate) di Kabupaten Belu.
Jaringan irigasi sprinkler ini akan memberikan layanan irigasi untuk lahan seluas 230 ha dengan debit per sumur sebesar 6-16 liter/detik.
Infrastruktur jaringan irigasi sprinkler di 23 lokasi JIAT telah siap untuk dioperasikan, menurut pernyataan Kementerian PUPR.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2022
0 comments:
Post a Comment