Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) Ade Armando menilai Ahmad Syafii Maarif atau akrab disapa Buya Syafii layak diusulkan sebagai pahlawan nasional, sebagaimana yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.
"Beliau (Buya Syafii) memang layak diusulkan sebagai pahlawan nasional karena semasa hidupnya banyak memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan dan kemajuan bangsa," ujar Ade dalam acara peluncuran dan diskusi tiga buku karya Buya Syafii di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis, sebagaimana dikutip dari siaran pers.
Bahkan, menurut Ade, Buya Syafii yang merupakan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Pendiri Maarif Institute, dan President World Conference on Religion for Peace (WCRP) itu bukan hanya tokoh nasional, melainkan juga tokoh berskala global.
Kemudian, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Sijunjung yang mengusulkan Buya Syafii sebagai pahlawan nasional.
Adapun tiga buku karya Buya Syafii yang diluncurkan dan didiskusikan dalam kesempatan itu adalah Bulir-Bulir Refleksi Sang Mujahid; Indonesia Jelang Satu Abad, Refleksi tentang Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan; serta Al Quran untuk Tuhan Atau untuk Manusia?.
Baca juga: Maarif Institute luncurkan tiga buku karya Buya Syafii
Baca juga: Museum Buya Syafii Maarif diresmikan di Sijunjung Sumbar
Direktur Eksekutif Maarif Institute Abdul Rohim Ghazali menyampaikan penerbitan tiga buku karya Buya Syafii itu merupakan wujud usaha keras untuk merekam riwayat intelektualisme Buya Syafii yang selama ini berkembang di ruang publik.
Dengan demikian, lanjut Rohim, kehadiran ketiga buku yang berisi pemikiran-pemikiran Buya Syafii yang sempat tercecer di beberapa media itu, sudah bisa dibaca oleh masyarakat dan diharapkan mampu memperkaya khazanah Islam Indonesia.
Selain diskusi buku, acara peluncuran ketiga buku tersebut juga dimeriahkan dengan sesi pengumuman pemenang sayembara video pendek lomba menulis esai sekaligus penyerahan hadiah secara simbolis.
Lalu, acara dilanjutkan dengan penandatanganan replika buku dan penyerahan buku karya Buya Syafii Maarif tersebut kepada sejumlah perwakilan, seperti anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI Putri Kuswinuwardhani, St. Sularto yang mewakili media, Ifa Hanifah Miscbah mewakili organisasi non-pemerintah, dan Nirwansyah mewakili peserta pemenang.
Baca juga: Maarif Institute gelar Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif
Acara yang diselenggarakan oleh Maarif Institute serta PIS ini dihadiri sekitar 100 orang. Acara tersebut juga merupakan rangkaian kegiatan dari Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif yang berlangsung hingga Juni 2023.
Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif merupakan rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk merawat dan menyebarluaskan warisan Pemikiran Buya Syafii Maarif.
Direktur Program Maarif Institute Moh. Shofan berharap acara itu dapat menjadi virus positif bagi anak-anak muda serta menyebarkan paham Islam yang inklusif, toleran, moderat dan berpihak pada kemanusiaan, kenegaraan, serta keindonesiaan.
"Beliau (Buya Syafii) memang layak diusulkan sebagai pahlawan nasional karena semasa hidupnya banyak memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan dan kemajuan bangsa," ujar Ade dalam acara peluncuran dan diskusi tiga buku karya Buya Syafii di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis, sebagaimana dikutip dari siaran pers.
Bahkan, menurut Ade, Buya Syafii yang merupakan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Pendiri Maarif Institute, dan President World Conference on Religion for Peace (WCRP) itu bukan hanya tokoh nasional, melainkan juga tokoh berskala global.
Kemudian, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Sijunjung yang mengusulkan Buya Syafii sebagai pahlawan nasional.
Adapun tiga buku karya Buya Syafii yang diluncurkan dan didiskusikan dalam kesempatan itu adalah Bulir-Bulir Refleksi Sang Mujahid; Indonesia Jelang Satu Abad, Refleksi tentang Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan; serta Al Quran untuk Tuhan Atau untuk Manusia?.
Baca juga: Maarif Institute luncurkan tiga buku karya Buya Syafii
Baca juga: Museum Buya Syafii Maarif diresmikan di Sijunjung Sumbar
Direktur Eksekutif Maarif Institute Abdul Rohim Ghazali menyampaikan penerbitan tiga buku karya Buya Syafii itu merupakan wujud usaha keras untuk merekam riwayat intelektualisme Buya Syafii yang selama ini berkembang di ruang publik.
Dengan demikian, lanjut Rohim, kehadiran ketiga buku yang berisi pemikiran-pemikiran Buya Syafii yang sempat tercecer di beberapa media itu, sudah bisa dibaca oleh masyarakat dan diharapkan mampu memperkaya khazanah Islam Indonesia.
Selain diskusi buku, acara peluncuran ketiga buku tersebut juga dimeriahkan dengan sesi pengumuman pemenang sayembara video pendek lomba menulis esai sekaligus penyerahan hadiah secara simbolis.
Lalu, acara dilanjutkan dengan penandatanganan replika buku dan penyerahan buku karya Buya Syafii Maarif tersebut kepada sejumlah perwakilan, seperti anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI Putri Kuswinuwardhani, St. Sularto yang mewakili media, Ifa Hanifah Miscbah mewakili organisasi non-pemerintah, dan Nirwansyah mewakili peserta pemenang.
Baca juga: Maarif Institute gelar Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif
Acara yang diselenggarakan oleh Maarif Institute serta PIS ini dihadiri sekitar 100 orang. Acara tersebut juga merupakan rangkaian kegiatan dari Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif yang berlangsung hingga Juni 2023.
Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif merupakan rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk merawat dan menyebarluaskan warisan Pemikiran Buya Syafii Maarif.
Direktur Program Maarif Institute Moh. Shofan berharap acara itu dapat menjadi virus positif bagi anak-anak muda serta menyebarkan paham Islam yang inklusif, toleran, moderat dan berpihak pada kemanusiaan, kenegaraan, serta keindonesiaan.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Chandra Hamdani Noor
COPYRIGHT © ANTARA 2022
0 comments:
Post a Comment