Pencatatan ini bukan hak paten akan tetapi pelestarian budaya
Jakarta (ANTARA) - Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Itje Chodijah mengatakan Indonesia belum memutuskan ajakan sejumlah pihak untuk bergabung  mengajukan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke UNESCO.
 

“Kami belum memutuskan apakah bergabung dengan negara lain yang saat ini mengajukan atau menolaknya,” kata Itje di Jakarta, Senin.
 

Sejumlah negara di Asia Tenggara mengusulkan kebaya ke UNESCO sebagai WBTB. Negara-negara tersebut diantaranya Thailand, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
 

Itje menjelaskan komunitas kebaya di Tanah Air, menginginkan agar pengajuan kebaya sebagai WBTB dilakukan melalui skema single nomination, yang mana satu negara memiliki kesempatan untuk mengajukan satu elemen budaya setiap dua tahun sekali.
 

Selain melalui skema single nominantion, pengajuan WBTB juga bisa dilakukan dengan skema multi-national nomination, yang mana sejumlah negara dapat bergabung mengajukan elemen budaya yang dimiliki bersama.

Baca juga: Kebaya akan diusulkan jadi warisan budaya takbenda UNESCO

Baca juga: KSP apresiasi antusiasme komunitas dukung Kebaya Goes to UNESCO

 

Sebelumnya, Indonesia dan Malaysia pernah bersama-sama mengusulkan pantun yang kemudian diinkripsikan oleh UNESCO pada 2020.
 

“Perlu diingat bahwa pencatatan ini bukan hak paten atau kepemilikan, akan tetapi pelestarian budaya,” imbuh dia.
 

Indonesia sendiri mengajukan Budaya Sehat Jamu pada 2022 yang akan dibahas dalam sidang Intergovernmental Committee Intangible Cultural Heritage (IGC ICH) 2023.
 

Selain Budaya Sehat Jamu, terdapat tiga berkas lainnya yang masuk sebagai backlog dari pengusulan ICH, diantaranya yakni Reog Ponorogo, Budaya Tempe dan Tenun.

Baca juga: Dukung kebaya goes to UNESCO, komunitas gelar Kebaya Berdansa

Baca juga: PBI dorong kebaya masuk warisan budaya tak benda

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2022