Jakarta (ANTARA) -
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi mengatakan PDI Perjuangan yang selama 10 tahun belakangan ini bertransformasi menjadi partai modern tidak meninggalkan ideologi atau khittah sebagai partai 'wong cilik'.
 
Menurut dia, menjadi partai modern bukan "ujuk-ujuk' dilakukan, namun melalui jalan panjang partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri dan sudah teruji sejak melawan rezim otoriter Orde Baru sampai menjadi oposisi pascareformasi.
 
Ia menilai perpolitikan di Tanah Air menjadi berwarna sejak PDIP berada di pemerintahan dan menempatkan banyak kader memimpin eksekutif dan legislatif.
 
Terbukti, PDIP bertindak ketika si lemah mendapatkan tekanan dari kelompok-kelompok esktremis dan berusaha mengganti ideologi Pancasila, papar dia.
 
"PDIP tidak boleh di luar pemerintahan. Apalagi semangatnya 'hattrick', tidak hanya 'hattrick' tapi seterusnya. Saya tidak bisa membayangkan di republik ini tidak ada PDIP. Bagaimana tindakan intoleransi, antikebinekaan, tidak ada menjadi pelawan atau pembela Pancasila, dan NKRI. Menurut saya eksistensi PDIP tidak boleh berhenti," ujar dosen di Universitas Indonesia (UI) itu.

Baca juga: Peneliti: PDIP paling berpengaruh dalam percaturan politik Indonesia
Baca juga: Pengamat: PDI Perjuangan miliki kelembagaan yang kuat

Hal lain yang menjadi catatan, katanya, adalah bagaimana PDI Perjuangan tidak terjebak pada pragmatisme politik yang hanya sibuk ketika Pemilu 2024 mau digelar.
 
Menurut dia, banyak kegiatan partai yang bersinggungan dengan keseharian hidup rakyat, seperti, sosialisasi mitigasi kebencanaan, edukasi stunting, pembentukan organ partai di bidang kebudayaan, mempertahankan sertifikat ISO, dan lainnya.
 
Semua capaian itu, kata Ari, tanpa meninggalkan proses kaderisasi yang rutin dilakukan lewat Sekolah Kepemimpinan Kader di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta dan masifnya pembangunan gedung partai di seluruh Indonesia.
 
Kerja-kerja politik PDIP yang dilaksanakan secara profesional karena ada soliditas partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri, tuturnya.
 
"Partai itu adalah ruhnya di Ibu Mega. Kemudian sistem kesekretariatan partai yang dibangun," ujarnya.
 
Menurut dia, era Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto ini semakin memperlihatkan bahwa partai itu (bisa dilihat) dari administrasi perkantoran semuanya diatur dengan manajemen modern. Ada aplikasi dan semua badan-badan partai berjalan.
 
"Sekarang PDIP itu bisa disebut sebagai partai pelopor, partai inisiator, dan menjadi awal. Menjadi penemu awal gerakan-gerakan partai modern. Contohnya sekolah kepemimpinan di Sekolah Partai, itu kan PDIP yang punya dan harus diakui partai lain menjadi 'follower'-nya," kata Ari.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023