Yogyakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengapresiasi langkah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta memberikan gelar doktor honoris causa (doktor kehormatan) untuk tiga tokoh lintas agama dunia pada Senin.
Tiga tokoh lintas agama yang mendapatkan gelar yakni Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, Ketua PP Muhammadiyah Periode 2005-2010 Sudibyo Markus, dan Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Agama Vatikan Cardinal Miguel Angel Ayuso Guixot.
"PDI Perjuangan merasa bangga, bagaimana UIN Sunan Kalijaga menjadi pelopor perjuangan kemanusiaan dengan mengedepankan toleransi, persaudaraan sejati seluruh umat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Hasto yang hadir dalam penganugerahan itu.
Pemberian gelar tersebut, menurut Hasto, menunjukkan luasnya cakrawala berpikir UIN Sunan Kalijaga.
Langkah tersebut, menurut dia, sekaligus mengukuhkan jati diri perguruan tinggi itu sebagai jembatan persaudaraan dunia dalam keragaman kemanusiaan.
"Melalui perguruan tinggi, agama, dan ilmu pengetahuan bersama-sama memperjuangkan bekerjanya kemanusiaan dengan menebar kebaikan," kata Hasto.
Ia berharap apa yang telah dilakukan UIN Sunan Kalijaga menjadi inspirasi perguruan tinggi Indonesia lainnya untuk memperhatikan tentang pentingnya membangun kerja sama internasional dan menjadikan perguruan tinggi sebagai pelopor pembangunan peradaban Indonesia untuk dunia.
Sebelumnya, penganugerahan gelar doktor kehormatan (honoris causa) kepada Gus Yahya (Ketum PBNU), Sudibyo Markus (Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial PP Muhammadiyah), dan Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot (Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Agama Vatikan) berlangsung di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Senin (13/2).
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Phil Al Makin menuturkan bahwa penganugerahan doktor honoris causa kepada tokoh Katolik, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah itu merupakan simbol dari keragaman menghargai perbedaan.
"Kita tidak bisa menyeragamkan semuanya dan membuat semuanya sama, tetapi melihat dan memahami bahwa dengan berbeda kita tetap bisa bersama-sama," kata Al Makin.
UIN Sunan Kalijaga, kata dia, melihat bahwa kontribusi dan teladan nyata yang telah dilakukan oleh tiga tokoh tersebut mewakili kelompok umat beragama dalam implementasi dari Dokumen Abu Dhabi dan prinsip moderasi beragama.
"Dokumen itu menyatakan bahwa perdamaian dunia dapat dicapai melalui pemahaman dan pengakuan yang damai terhadap perbedaan-perbedaan antaragama dan budaya," ujar dia.
Baca juga: UIN Yogyakarta ajak semua umat berkontribusi moderasi beragama
Baca juga: Hasto bantah PDIP sedang seleksi 5 nama sebagai capres
Baca juga: Hasto: PDIP melihat kesesuaian ideologi dalam kerja sama politik
Tiga tokoh lintas agama yang mendapatkan gelar yakni Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, Ketua PP Muhammadiyah Periode 2005-2010 Sudibyo Markus, dan Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Agama Vatikan Cardinal Miguel Angel Ayuso Guixot.
"PDI Perjuangan merasa bangga, bagaimana UIN Sunan Kalijaga menjadi pelopor perjuangan kemanusiaan dengan mengedepankan toleransi, persaudaraan sejati seluruh umat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Hasto yang hadir dalam penganugerahan itu.
Pemberian gelar tersebut, menurut Hasto, menunjukkan luasnya cakrawala berpikir UIN Sunan Kalijaga.
Langkah tersebut, menurut dia, sekaligus mengukuhkan jati diri perguruan tinggi itu sebagai jembatan persaudaraan dunia dalam keragaman kemanusiaan.
"Melalui perguruan tinggi, agama, dan ilmu pengetahuan bersama-sama memperjuangkan bekerjanya kemanusiaan dengan menebar kebaikan," kata Hasto.
Ia berharap apa yang telah dilakukan UIN Sunan Kalijaga menjadi inspirasi perguruan tinggi Indonesia lainnya untuk memperhatikan tentang pentingnya membangun kerja sama internasional dan menjadikan perguruan tinggi sebagai pelopor pembangunan peradaban Indonesia untuk dunia.
Sebelumnya, penganugerahan gelar doktor kehormatan (honoris causa) kepada Gus Yahya (Ketum PBNU), Sudibyo Markus (Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial PP Muhammadiyah), dan Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot (Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Agama Vatikan) berlangsung di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Senin (13/2).
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Phil Al Makin menuturkan bahwa penganugerahan doktor honoris causa kepada tokoh Katolik, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah itu merupakan simbol dari keragaman menghargai perbedaan.
"Kita tidak bisa menyeragamkan semuanya dan membuat semuanya sama, tetapi melihat dan memahami bahwa dengan berbeda kita tetap bisa bersama-sama," kata Al Makin.
UIN Sunan Kalijaga, kata dia, melihat bahwa kontribusi dan teladan nyata yang telah dilakukan oleh tiga tokoh tersebut mewakili kelompok umat beragama dalam implementasi dari Dokumen Abu Dhabi dan prinsip moderasi beragama.
"Dokumen itu menyatakan bahwa perdamaian dunia dapat dicapai melalui pemahaman dan pengakuan yang damai terhadap perbedaan-perbedaan antaragama dan budaya," ujar dia.
Baca juga: UIN Yogyakarta ajak semua umat berkontribusi moderasi beragama
Baca juga: Hasto bantah PDIP sedang seleksi 5 nama sebagai capres
Baca juga: Hasto: PDIP melihat kesesuaian ideologi dalam kerja sama politik
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2023
0 comments:
Post a Comment