Dia menilai kecakapan digital tersebut sangat penting agar generasi muda lebih hati-hati dalam mengonsumsi maupun membagikan informasi.
Jakarta (ANTARA) - Pegiat literasi digital dari Networking, Cybernetics and Engineering Management (NCM) Fardan mendorong para pemilih pemula memiliki kecakapan digital yang mencakup etika dan budaya sebagai pedoman berperilaku, sesuai dengan kaidah normatif di lingkungan internet.

“Kecakapan digital dan critical thinking menjadi sangat penting bagi pemilih pemula. Melalui cakap literasi digital diharapkan pemilih pemula dapat lebih berhati-hati dan santun dalam beropini serta membagikan hanya berita atau informasi yang akurat saja,” ujar Fardan dalam Webteen Literasi Digital "Jadilah Pemilih Pemula Cerdas", Sabtu.

Dia menilai kecakapan digital tersebut sangat penting agar generasi muda lebih hati-hati dalam mengonsumsi maupun membagikan informasi. Karena ada tiga jenis kategori informasi bias yang biasa diterima masyarakat.

Pertama menurut dia, mis-information yaitu informasi palsu yang dibagikan tanpa maksud menyebabkan kerugian. Kedua, dis-information atau informasi palsu yang dibagikan dengan sengaja untuk menyebabkan bahaya dan masalah.

"Ketiga, mal-information yaitu informasi tersebut sejatinya benar, tapi dibagikan dengan sengaja untuk menyebabkan bahaya," katanya.

Baca juga: KPU khawatir indeks kepercayaan anak muda terhadap parpol masih rendah

Di sisi lain, Fardan menilai penggunaan sosial media untuk propaganda dan disinformasi terjadi di banyak negara dan melibatkan sektor swasta. Menurut dia, propaganda dan disinformasi itu terjadi di 81 negara dan dalam beberapa tahun terakhir berita-berita palsu terus muncul secara signifikan sebagai propaganda.

“Hal ini menyadarkan kita bahwa setiap orang seharusnya memiliki ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebenaran dan membedakan informasi yang bias," ucap dia.

Fardan mengatakan sudah seharusnya generasi milenial dan generasi z yang berpikiran terbuka dan melek politik berperan untuk menyaring informasi apa saja yang layak untuk dibagikan.

Hal itu menurut dia karena dengan kecakapan digital yang sudah dimiliki, kaum muda mampu menyebarkan dan menjaga nilai-nilai toleransi atas persaingan politik, sehingga pemilu dapat dimaknai sebagai sarana integrasi bangsa.

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memproyeksikan ada sekitar 110 juta penduduk atau setara 55-60 persen dengan rentan umur dari 20-44 tahun yang diperkirakan berpartisipasi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Baca juga: KPU prediksi 110 juta penduduk usia muda ikut Pemilu 2024

Baca juga: KPU RI harapkan Bawaslu beri data detail temuan selama coklit

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Imam Budilaksono
COPYRIGHT © ANTARA 2023