Jakarta (ANTARA) - Hasil survei yang dilakukan agensi public relations Praxis belum lama ini menunjukkan mayoritas Generasi Z (usia 16-25 tahun) atau 90,8 persen responden merasa bahwa penegakan hukum eksekutif pemerintah pusat di Indonesia masih belum memuaskan.

Survei yang dilakukan pada 13-18 Maret 2023 itu mengungkap tiga isu teratas pemerintah eksekutif pusat dan daerah yang dinilai belum memuaskan bagi masyarakat. Selain penegakan hukum, ketidakpuasan terhadap pembangunan ekonomi dan infrastruktur pelayanan publik juga termasuk dalam isu teratas.

Namun, Generasi Z menempatkan ketidakpuasan atas pembangunan ekonomi di posisi kedua (85,06 persen) dan ketidakpuasan terkait infrastruktur berada di posisi ketiga (70,5 persen).

Sementara itu, kelompok generasi yang lebih tua, yaitu Generasi Y (usia 26-39 tahun) dan Generasi X (usia 40-45 tahun) memiliki preferensi atau kecenderungan yang berbeda dari Generasi Z.

Baca juga: Mahalini & Laleilmanino ajak Gen Z jernihkan kepala lewat single baru

Mayoritas Gen Y (67,15 persen) dan Gen X (49,3 persen) sama-sama merasa tidak puas terhadap pembangunan ekonomi. Kedua generasi ini juga tidak puas terhadap penegakan hukum, namun preferensi mereka terkait hal ini berada di posisi kedua.

Director of Public Affairs Praxis Sofyan Herbowo memandang bahwa kecenderungan Gen Z yang kebanyakan merasa penegakan hukum sebagai masalah utama dikarenakan adanya faktor idealisme kelompok ini yang masih tinggi di usia muda. 

Sebaliknya, Gen Y dan Gen X cenderung memiliki standar moral yang sedikit turun terkait hukum. Hal ini, menurut pandangan Sofyan, dikarenakan kedua generasi sudah terlebur dalam sistem dan institusi.

"Semakin umur concern-nya lebih ke pembangunan ekonomi artinya bicara soal kesejahteraan. Jadi standar moralnya jadi agak turun," kata Sofyan yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) dalam diskusi media di Jakarta, Senin.

Mengingat hal tersebut, imbuh Sofyan, maka Gen Z merupakan kelompok generasi yang paling diharapkan dapat menyuarakan isu terkait penegakan hukum. Apalagi, kelompok generasi ini menjadi bonus demografi bagi Indonesia.

"Saya kira Gen Z ini yang paling banyak bersuara dan kita menaruh harapan betul sama bonus populasi kita yang sekarang ada di sini. Saya kira ke depan Indonesia masih punya harapan," kata dia.

Baca juga: Mengafirmasi Gen Stroberi dalam produksi film nasional

Menurut Sofyan, Gen Z juga lebih sadar terhadap informasi-informasi yang beredar termasuk tentang persoalan hukum terutama melalui akses berbagai platform media sosial seperti YouTube, Instagram, dan Twitter.

"(Mereka) concern dengan banyaknya kasus-kasus yang terjadi dalam beberapa bulan atau setengah tahun terakhir, bagaimana persoalan integritas yang dicontohkan oleh, misalnya, bahkan aparat penegak hukum itu jelas-jelas bikin mereka kecewa. Dan cara mereka untuk mengolah informasi kan dari banyak channel tadi," kata dia.

Sofyan juga menilai bahwa Gen Z cenderung memiliki literasi yang cukup kuat untuk memilih, memilah, dan menerapkan standar moral yang tinggi atas fenomena yang terjadi.

"Jadi apa informasinya sama dia dipilih, dipilah. Terus dia terapkan standar moral, 'saya tuh ada di sini, saya nggak akan ikut yang buruk-buruk'. Kira-kira begitu. Dan di Gen Z, kita punya banyak harapan," demikian penjelasan Sofyan.

Baca juga: Menyudahi konflik Baby Boomers dengan Gen. Stroberi
 

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Siti Zulaikha
COPYRIGHT © ANTARA 2023