Jakarta (ANTARA) - PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel, melalui entitas asosiasinya PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), resmi melakukan ekspor perdana 5.584 ton nikel sulfat ke China pada Jumat.
5.584 ton nikel sulfat tersebut dikemas dalam 290 kontainer melalui kapal.
Direktur Utama Harita Nickel Roy A. Arfandy mengatakan, total pengiriman produk nikel sulfat akan ditargetkan mencapai 240.000 ton dalam setahun, sesuai dengan kapasitas produksi pabrik.
"Ke depan, perusahaan akan berusaha mengirimkan kurang lebih sebanyak empat kapal untuk memenuhi target permintaan produksi nikel sulfat tersebut,” kata Roy melalui keterangan resminya di Jakarta, Sabtu.
Prosesi ekspor tersebut menjadi tonggak pencapaian baru bagi Harita Nickel dalam lingkar bisnis hilirisasi nikel. Nikel sulfat tersebut merupakan hasil pemurnian di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara yang nantinya akan digunakan dalam produksi baterai lithium dengan kandungan nikel yang tinggi.
Di masa mendatang, penggunaan baterai lithium akan terus meningkat, terutama dalam industri kendaraan listrik. Lebih lanjut, Roy pun menyampaikan apresiasi atas pencapaian pengiriman perdana nikel sulfat tersebut.
“Inilah karya anak bangsa di Timur Indonesia yang menjadi langkah penting Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik di masa mendatang sekaligus kontributor baru dalam ekspor produk hilirisasi nikel yang bisa mendorong perekonomian daerah dan nasional,” ujarnya.
Adapun PT Halmahera Persada Lygend baru saja meresmikan operasional pabrik nikel sulfat yang pertama di Indonesia, sekaligus menjadi yang terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksinya pada 31 Mei lalu.
Momen bersejarah itu turut dihadiri dan diresmikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto.
Dalam sambutannya akhir Mei lalu, Seto menyampaikan bahwa pencapaian itu sangat mengesankan, sekaligus menunjukkan bagaimana kolaborasi investor lokal dan investor asing mampu bekerja sama dengan baik.
“Operasional penambangan dan hilirisasi yang dilakukan oleh NCKL merupakan yang terbaik. Ini diungkapkan oleh konsultan internasional yang bisa melakukan sertifikasi terhadap proses produksi penambangan dan lainnya,” kata Seto.
5.584 ton nikel sulfat tersebut dikemas dalam 290 kontainer melalui kapal.
Direktur Utama Harita Nickel Roy A. Arfandy mengatakan, total pengiriman produk nikel sulfat akan ditargetkan mencapai 240.000 ton dalam setahun, sesuai dengan kapasitas produksi pabrik.
"Ke depan, perusahaan akan berusaha mengirimkan kurang lebih sebanyak empat kapal untuk memenuhi target permintaan produksi nikel sulfat tersebut,” kata Roy melalui keterangan resminya di Jakarta, Sabtu.
Prosesi ekspor tersebut menjadi tonggak pencapaian baru bagi Harita Nickel dalam lingkar bisnis hilirisasi nikel. Nikel sulfat tersebut merupakan hasil pemurnian di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara yang nantinya akan digunakan dalam produksi baterai lithium dengan kandungan nikel yang tinggi.
Di masa mendatang, penggunaan baterai lithium akan terus meningkat, terutama dalam industri kendaraan listrik. Lebih lanjut, Roy pun menyampaikan apresiasi atas pencapaian pengiriman perdana nikel sulfat tersebut.
“Inilah karya anak bangsa di Timur Indonesia yang menjadi langkah penting Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik di masa mendatang sekaligus kontributor baru dalam ekspor produk hilirisasi nikel yang bisa mendorong perekonomian daerah dan nasional,” ujarnya.
Adapun PT Halmahera Persada Lygend baru saja meresmikan operasional pabrik nikel sulfat yang pertama di Indonesia, sekaligus menjadi yang terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksinya pada 31 Mei lalu.
Momen bersejarah itu turut dihadiri dan diresmikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto.
Dalam sambutannya akhir Mei lalu, Seto menyampaikan bahwa pencapaian itu sangat mengesankan, sekaligus menunjukkan bagaimana kolaborasi investor lokal dan investor asing mampu bekerja sama dengan baik.
“Operasional penambangan dan hilirisasi yang dilakukan oleh NCKL merupakan yang terbaik. Ini diungkapkan oleh konsultan internasional yang bisa melakukan sertifikasi terhadap proses produksi penambangan dan lainnya,” kata Seto.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nurul Aulia Badar
COPYRIGHT © ANTARA 2023
0 comments:
Post a Comment