Ambon (ANTARA) - Kementerian komunikasi dan informasi (Kemenkominfo) akan segera meluncurkan satelit Republik Indonesia I atau Satria di Florida, Amerika Serikat untuk melayani jaringan di daerah terpencil termasuk Maluku.
"Untuk masalah jaringan di wilayah perbatasan Maluku, nanti tanggal 19 Juni 2023 kami akan meluncurkan Satria atau satelit RI-I di Maluku. Itu akan melayani jaringan di seluruh wilayah terpencil," ujar Plt. Menkominfo Mahfud MD di Ambon, Rabu.
Hal itu diutarakan Mahfud MD saat melakukan kunjungan kerja di Maluku dalam rangka Gerakan pembangunan terpadu daerah perbatasan (Gerbangdutas) 2023 .
Lebih spesifik Mahfud mengungkapkan Satelit Republik Indonesia I atau Satria itu akan dipergunakan untuk pelayanan publik.
"Yang pastinya untuk sekolah, rumah sakit, dan kantor-kantor," imbuhnya.
Ia melanjutkan, nantinya Satelit Republik Indonesia I atau Satria itu baru akan beroperasi paling lambat pada Januari 2024.
“Ini adalah upaya untuk memeratakan pembangunan dan menginklusikan masyarakat dalam ekonomi digital dengan penyediaan internet di area manapun termasuk di wilayah terluar Maluku,” ujarnya.
Akses internet yang disediakan Satelit Republik Indonesia I atau Satria akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat di lokasi layanan publik yang belum memiliki akses atau belum memadai.
"Teknologi satelit memungkinkan akselerasi penyediaan internet di desa-desa yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi fiber optik dalam 10 tahun ke depan," jelasnya.
Proyek Satelit Republik Indonesia I atau Satria ini menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Masyarakat pun diharapkan memberikan dukungan agar peluncuran serta pengoperasian ini berhasil.
"Nantinya masyarakat dapat memanfaatkan kapasitas internet Satelit Republik Indonesia I atau Satria secara bertahap," tandasnya.
Satelit Republik Indonesia I atau Satria memiliki kapasitas 150 Gbps, atau enam kali lebih besar dari yang pernah dimiliki Indonesia sebelumnya. Satelit akan menghubungkan 150 ribu titik dari sekolah hingga layanan kesehatan yang sulit dijangkau kabel optik.
Satelit ini dikembangkan oleh PT Satelit Nusantara 3 dengan teknologi Very High-Throughput Satellite (VHTS) dan frekuensi Ka-Band. Sementara untuk pembangunannya dilakukan oleh Thales Alenia Space, Perancis.
Baca juga: PSN, BAKTI, dan Dubes RI untuk Prancis tinjau kesiapan Satelit SATRIA
Baca juga: Satelit SATRIA-1 dapat tingkatkan sinyal BTS 4G di kawasan 3T
"Untuk masalah jaringan di wilayah perbatasan Maluku, nanti tanggal 19 Juni 2023 kami akan meluncurkan Satria atau satelit RI-I di Maluku. Itu akan melayani jaringan di seluruh wilayah terpencil," ujar Plt. Menkominfo Mahfud MD di Ambon, Rabu.
Hal itu diutarakan Mahfud MD saat melakukan kunjungan kerja di Maluku dalam rangka Gerakan pembangunan terpadu daerah perbatasan (Gerbangdutas) 2023 .
Lebih spesifik Mahfud mengungkapkan Satelit Republik Indonesia I atau Satria itu akan dipergunakan untuk pelayanan publik.
"Yang pastinya untuk sekolah, rumah sakit, dan kantor-kantor," imbuhnya.
Ia melanjutkan, nantinya Satelit Republik Indonesia I atau Satria itu baru akan beroperasi paling lambat pada Januari 2024.
“Ini adalah upaya untuk memeratakan pembangunan dan menginklusikan masyarakat dalam ekonomi digital dengan penyediaan internet di area manapun termasuk di wilayah terluar Maluku,” ujarnya.
Akses internet yang disediakan Satelit Republik Indonesia I atau Satria akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat di lokasi layanan publik yang belum memiliki akses atau belum memadai.
"Teknologi satelit memungkinkan akselerasi penyediaan internet di desa-desa yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi fiber optik dalam 10 tahun ke depan," jelasnya.
Proyek Satelit Republik Indonesia I atau Satria ini menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Masyarakat pun diharapkan memberikan dukungan agar peluncuran serta pengoperasian ini berhasil.
"Nantinya masyarakat dapat memanfaatkan kapasitas internet Satelit Republik Indonesia I atau Satria secara bertahap," tandasnya.
Satelit Republik Indonesia I atau Satria memiliki kapasitas 150 Gbps, atau enam kali lebih besar dari yang pernah dimiliki Indonesia sebelumnya. Satelit akan menghubungkan 150 ribu titik dari sekolah hingga layanan kesehatan yang sulit dijangkau kabel optik.
Satelit ini dikembangkan oleh PT Satelit Nusantara 3 dengan teknologi Very High-Throughput Satellite (VHTS) dan frekuensi Ka-Band. Sementara untuk pembangunannya dilakukan oleh Thales Alenia Space, Perancis.
Baca juga: PSN, BAKTI, dan Dubes RI untuk Prancis tinjau kesiapan Satelit SATRIA
Baca juga: Satelit SATRIA-1 dapat tingkatkan sinyal BTS 4G di kawasan 3T
Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023
0 comments:
Post a Comment