Peradaban dan suku bangsa di Indonesia jumlahnya ratusan, namun tetap bisa bersatu karena filosofi Pancasila. Oleh karena itu sekarang saatnya 'menjual' Pancasila di luar negeri
Malang (ANTARA) - Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Widodo mengemukakan bahwa sekarang sudah saatnya Indonesia "mengekspor" keragaman budaya dan peradaban Tanah Air ke luar negeri.

"Peradaban dan suku bangsa di Indonesia jumlahnya ratusan, namun tetap bisa bersatu karena filosofi Pancasila. Oleh karena itu sekarang saatnya 'menjual' Pancasila di luar negeri," kata Prof Widodo saat membuka kegiatan Bulan Pancasila di Gedung Widyaloka kampus setempat, Selasa.

Selain filosofi Pancasila, kata Prof Widodo, budaya dan cara pandang Nangsa Indonesia juga harus diekspor ke luar negeri.

Menurut dia, peradaban di Tanah Air harus terus dibangun agar bisa mewarnai peradaban dunia. "Oleh karena itu, mahasiswa atau alumni Universitas Brawijaya yang bekerja di luar negeri untuk membawa budaya Indonesia dalam menghadapi budaya global," katanya.

Baca juga: Rektor UB ingatkan pentingnya penanaman konsensus kebangsaan

Pada kesempatan itu Prof Widodo mengemukakan bahwa Universitas Brawijaya adalah perguruan tinggi Pancasilais. Ia menjelaskan mengapa mengapa universitas itu memakai Brawijaya, karena memahami filosofi kepemimpinan Brawijaya di Kerajaan Majapahit.

"Kebhinekaan di zaman itu sudah ada. Bahkan dalam konteks keagamaan juga sudah hidup berdampingan dalam mengelola kerajaan. Kita akan jadi besar jika kita united," sebutnya.

Sementara itu berbagai kegiatan diselenggarakan dalam memperingati bulan Pancasila 2023 yang mengambil tema "Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global", dengan sub tema "Aktualisasi Pancasila, Energi Pertumbuhan Indonesia".

Berbagai kegiatan tersebut, diantaranya temu wicara, lomba esai, hingga kirab kebudayaan yang menampilkan busana berbagai daerah di Tanah Air dengan menggunakan becak, kereta kuda yang dihias beraneka ragam bunga.

Baca juga: Rektor-Pimpinan UB tanda tangani komitmen keterbukaan informasi publik

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2023