Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan pentingnya kolaborasi global untuk menghadapi trilema energi dalam transisi energi.
Adapun, trilema energi yang dimaksud tersebut, yakni ketahanan energi, affordability, dan sustainability.
Energi menjadi faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga transisi energi jangan mengorbankan keandalan pasokan energi dan menaikkan harga energi.
"Memastikan energy security & energy affordability menjadi prioritas utama bagi Indonesia, sambil tetap melakukan berbagai upaya untuk menurunkan emisi karbon untuk mencapai NZE (net zero emission) di tahun 2060," kata Nicke dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan setiap negara memiliki urgensi yang berbeda dalam merespons energi trilema, tergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya.
Menurut Nicke, semua negara di dunia termasuk di Asia Tenggara, pada 2022 dihadapkan pada kebutuhan untuk menyeimbangkan kembali ketahanan energi, inflasi, dan target energi bersih. Hal tersebut tak lepas dengan kondisi geopolitik, termasuk dampak konflik Rusia-Ukraina yang hingga kini belum selesai.
Ia menuturkan negara maju cenderung mengonsumsi energi per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang. Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi, akses yang lebih baik ke teknologi, dan akses yang lebih besar ke sumber energi.
"Indonesia memegang peran penting di panggung global dalam transisi energi karena memiliki kekayaan alam dan lokasi yang strategis. Dibutuhkan kolaborasi global untuk mendukung transisi energi bersih," katanya.
Indonesia, lanjut Nicke, memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yang bisa dijadikan bahan baku baterai listrik.
Indonesia juga memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia, cadangan bauksit keenam dunia, cadangan tembaga ketujuh dunia, dan potensi energi terbarukan mencapai 437,4 gigawatt (GW).
Pada saat yang sama, Indonesia juga memiliki potensi carbon capture utilization and storage (CCUS) hingga 400 giga ton.
"Pemerintah Indonesia menetapkan target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 dan 60-61 persen pada tahun 2060. Dengan dukungan global target tersebut bisa diraih lebih cepat dan lebih tinggi," ucap Nicke.
Baca juga: Pertamina dukung BUMN Fest 2023 tingkatkan kolaborasi dan sinergi
Baca juga: Erick minta Pertamina berani bersaing dengan perusahaan energi global
Adapun, trilema energi yang dimaksud tersebut, yakni ketahanan energi, affordability, dan sustainability.
Energi menjadi faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga transisi energi jangan mengorbankan keandalan pasokan energi dan menaikkan harga energi.
"Memastikan energy security & energy affordability menjadi prioritas utama bagi Indonesia, sambil tetap melakukan berbagai upaya untuk menurunkan emisi karbon untuk mencapai NZE (net zero emission) di tahun 2060," kata Nicke dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan setiap negara memiliki urgensi yang berbeda dalam merespons energi trilema, tergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya.
Menurut Nicke, semua negara di dunia termasuk di Asia Tenggara, pada 2022 dihadapkan pada kebutuhan untuk menyeimbangkan kembali ketahanan energi, inflasi, dan target energi bersih. Hal tersebut tak lepas dengan kondisi geopolitik, termasuk dampak konflik Rusia-Ukraina yang hingga kini belum selesai.
Ia menuturkan negara maju cenderung mengonsumsi energi per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang. Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi, akses yang lebih baik ke teknologi, dan akses yang lebih besar ke sumber energi.
"Indonesia memegang peran penting di panggung global dalam transisi energi karena memiliki kekayaan alam dan lokasi yang strategis. Dibutuhkan kolaborasi global untuk mendukung transisi energi bersih," katanya.
Indonesia, lanjut Nicke, memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yang bisa dijadikan bahan baku baterai listrik.
Indonesia juga memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia, cadangan bauksit keenam dunia, cadangan tembaga ketujuh dunia, dan potensi energi terbarukan mencapai 437,4 gigawatt (GW).
Pada saat yang sama, Indonesia juga memiliki potensi carbon capture utilization and storage (CCUS) hingga 400 giga ton.
"Pemerintah Indonesia menetapkan target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 dan 60-61 persen pada tahun 2060. Dengan dukungan global target tersebut bisa diraih lebih cepat dan lebih tinggi," ucap Nicke.
Baca juga: Pertamina dukung BUMN Fest 2023 tingkatkan kolaborasi dan sinergi
Baca juga: Erick minta Pertamina berani bersaing dengan perusahaan energi global
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Nurul Aulia Badar
COPYRIGHT © ANTARA 2023
0 comments:
Post a Comment