Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Abdullah Azwar Anas memacu pengelolaan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N) - Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR!) agar lebih aktif dan berdampak.
Menurut dia, kanal aduan tersebut dapat menjadi ruang bagi masyarakat dalam mengawasi pemerintah khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Menurut dia, kanal aduan tersebut dapat menjadi ruang bagi masyarakat dalam mengawasi pemerintah khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Adapun pengawasan dari masyarakat tersebut perlu dilakukan dalam reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi sebagai enjin harus diperbaiki dan dibersihkan.
"Kalau reformasi birokrasi ini bergerak, maka enjin untuk menggerakkan layanan tadi akan bergerak," ungkapnya.
Anas menambahkan untuk meningkatkan pelayanan publik maka layanan handling complaint harus mengikuti perubahan. Dia mengatakan terintegrasi layanan ini mendorong pemerintah untuk berbenah.
Ia juga berpesan kepada kepala daerah untuk segera berbenah terhadap handling complaint, karena hal ini berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat.
Ia juga berpesan kepada kepala daerah untuk segera berbenah terhadap handling complaint, karena hal ini berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat.
Untuk diketahui, Kementerian PANRB telah menjalin kerja sama tripartit dengan UNDP dan KOICA. Dengan dukungan UNDP, Kementerian PANRB telah mengembangkan Roadmap Sistem Penanganan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N-LAPOR!) 2020-2024.
Tidak hanya itu, Anas mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin dan mendorong SP4N-LAPOR! lebih berdampak dan bisa ditindaklanjuti dengan cepat.
Hingga saat ini SP4N-LAPOR! telah terhubung dengan 679 instansi pemerintah, terdiri dari 34 kementerian, 101 lembaga, dan 544 pemerintah daerah.
Hingga saat ini SP4N-LAPOR! telah terhubung dengan 679 instansi pemerintah, terdiri dari 34 kementerian, 101 lembaga, dan 544 pemerintah daerah.
"Total ada 679 kabupaten dan kota. Kalau ini bisa optimal, seharusnya bisa lebih dari 2,1 juta laporan. Kenapa 2,1 juta, bisa jadi sebagian laporan mereka telah terverifikasi dan tidak lagi di tingkat lokal. Ini berarti instansi bekerja. Tentu ke depan ini bisa kami tingkatkan lagi," jelas dia.
Sementara berdasarkan hasil survei kepuasan di 2022, sebanyak 73,7 persen pengguna puas dengan performa SP4N-LAPOR!. Hal ini menggambarkan tingkat kepercayaan dan kebermanfaatan SP4N-LAPOR! yang semakin baik.
Lebih lanjut, Anas menuturkan, perlu dilakukan optimalisasi dalam pelaksanaan SP4N-LAPOR!. Anas mendorong tiga hal yang dapat dilakukan penyelenggara pelayanan publik diantaranya, yakni komitmen bersama dalam membentuk sistem pengelolaan pengaduan yang ideal.
Kemudian, lebih responsif terhadap setiap pengaduan masyarakat. Setiap laporan yang diterima harus segera ditindaklanjuti dan dikoordinasikan dengan instansi terkait sampai permasalahan selesai. Lalu, interoperabilitas sistem dan aplikasi.
"Sekali lagi arahan Presiden bukan menambah aplikasi, tapi bagaimana menginteroperabilitaskan yang sudah ada," tegas Anas.
Sementara itu, Country Director KOICA Yun-gil Jeong menyampaikan proyek SP4N-LAPOR! bertujuan untuk meningkatkan sistem e-governance Pemerintah Indonesia dengan memperkuat sistem penanganan pengaduan nasional. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga output yang diharapkan dapat dicapai.
Pertama, menyusun rencana induk dan peta jalan sistem penanganan pengaduan nasional yang komprehensif. Kedua, peningkatan kapasitas kelembagaan penanganan pengaduan pemerintah pusat dan daerah melalui pelatihan undangan dan lokal.
Ketiga, peningkatan kesadaran pemerintah dan masyarakat tentang SP4N-LAPOR!, dan partisipasi warga untuk memperbaiki sistem, dengan perhatian khusus kepada perempuan, pemuda, penyandang disabilitas, dan kelompok masyarakat terpinggirkan lainnya melalui lokakarya dan promosi.
Ketiga, peningkatan kesadaran pemerintah dan masyarakat tentang SP4N-LAPOR!, dan partisipasi warga untuk memperbaiki sistem, dengan perhatian khusus kepada perempuan, pemuda, penyandang disabilitas, dan kelompok masyarakat terpinggirkan lainnya melalui lokakarya dan promosi.
"Dengan demikian, memasuki tahun terakhir proyek, koordinasi dan upaya yang kuat harus ditingkatkan untuk mencapai target output tersebut," tambah Jeong.
Deputy Resident Representative UNDP Indonesia Sujala Pant juga menyampaikan dukungannya atas kerja sama Kementerian PANRB, UNDP, dan KOICA. Sebagai mitra, kerja sama tersebut bertujuan untuk melakukan penanganan pengaduan pelayanan publik agar lebih inklusif untuk semua orang, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau disabilitas.
"Upaya kami berkontribusi untuk mewujudkan target pemerintah dalam tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya tujuan untuk mempromosikan masyarakat yang adil, damai dan inklusif," pungkas Sujala.
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Guido Merung
COPYRIGHT © ANTARA 2023
0 comments:
Post a Comment