lebih baik menyalakan lilin kecil di tengah kegelapan dari pada ikut arus di dalam kegelapan
Magelang (ANTARA) - Suara angklung menggema di aula Wisma Sejahtera Kota Magelang, Jawa Tengah, menandai pembukaan Sekolah Kebhinekaan yang diselenggarakan oleh Kevikepan Kedu.

Suara alat musik asal Jawa Barat tersebut dibunyikan secara bersama-sama oleh puluhan peserta Sekolah Kebhinekaan dan para undangan yang hadir dalam pembukaan.

Meskipun bernama Sekolah Kebhinekaan, itu bukan berarti kegiatan ini berlangsung di dalam kelas layaknya anak sekolah: ada meja, kursi, dan papan tulis.

Sekolah Kebhinekaan dengan peserta para pemuda lintas agama ini berlangsung lesehan, mereka duduk menggunakan karpet yang telah disediakan oleh panitia.

Kegiatan Sekolah Kebhinekaan ini berlangsung dua tahap, yakni tahap pertama di Wisma Sejahtera Kota Magelang pada Sabtu (22/7) dan tahap kedua di Wihara Mendut, Kabupaten Magelang pada 6 Agustus 2023.

Tahap pertama adalah pengayaan wawasan kebangsaan, pemahaman mengenai relasi keberagaman, serta perumusan langkah-langkah konkret yang bisa dikerjakan bersama dalam mewujudkan kehidupan bersama yang rukun dan damai dalam menyongsong Pemilu 2024.

Tahap kedua merupakan kegiatan yang memfokuskan pada pengelolaan konten media sosial untuk promosi perdamaian serta memahami pertarungan narasi di dunia maya menjelang Pemilu 2024, sekaligus upaya menggemakan kembali semangat persatuan dan kesatuan melalui sarana media sosial.

Sekolah Kebhinekaan ini diharapkan menjadi langkah konkret dan strategis demi mengupayakan perwujudan perjumpaan untuk mempererat rasa persatuan dan kebersamaan antarorang muda lintas agama yang didasari oleh nilai-nilai kebinekaan.

Selain itu, pengalaman-pengalaman perjumpaan tersebut diharapkan dapat menjadi sarana untuk penguatan studi mengenai arena publik dan mendorong keberanian untuk mengambil peran di arena publik.

Sekolah Kebhinekaan menjadi sarana praktik pengelolaan kegiatan keberagaman bagi para peserta.

Secara lebih rinci, tujuan kegiatan Sekolah Kebhinekaan sebagai sarana perjumpaan dan jalinan komunikasi antarorang muda lintas agama, membangun sensibilitas kepahaman terkait situasi yang terjadi di masyarakat di antara orang muda lintas agama khususnya menjelang Pemilu Tahun 2024.

Memberi arena keterlibatan publik dalam rangka pembentukan pengalaman keberagaman di tengah masyarakat pluralisme di kalangan orang muda Katolik (OMK) dan orang muda dari berbagai agama dan memberi pengalaman dalam mengelola kegiatan keberagaman bagi para peserta Sekolah Kebhinekaan Kevikepan Kedu.

Ketua Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Kevikepan Kedu Romo Christophurus Sutrasno menjelaskan acara Sekolah Kebhinekaan ini bukan berarti bahwa ini mau belajar dengan menggunakan kurikulum tertentu atau dengan pemahaman sekolah seperti biasanya.

Sekolah ini digunakan dalam konteks belajar bersama, belajar mengenai kebinekaan, belajar mengenai persaudaraan, mengenai kebersamaan di antara sesama.

Tema yang dibahas kala itu adalah "Pemilu Itu Sementara, Persaudaraan Itu Selamanya".

Tema tersebut layak diangkat karena berdasarkan survei sebuah harian nasional, itu berkaitan dengan kekhawatiran dan kecemasan rakyat dengan pelaksanaan Pemilu 2024.

Hampir 70 persen mereka merasa khawatir dengan pemilu, juga soal intoleransi, terpecah belah dalam kehidupan bermasyarakat dan hilangnya toleransi, itu membuat mereka cemas, kira-kira 75 persen responden.

Belajar dari Pemilu 2019 bahwa efeknya juga serius berkaitan dengan keterbelahan dalam masyarakat. Banyak cerita bahwa persaudaraan itu bisa hilang karena perbedaan cara pandang politik, perbedaan pilihan politik menghilangkan persaudaraan.

"Oleh karena itu kami ingin mengajak untuk bersama menyadari bahwa pemilu itu hanya persoalan sementara, setiap 5 tahun kita mengadakan, jangan sampai hal-hal yang sementara ini menghilangkan persaudaraan yang sudah dijalin selama ini," katanya.

Dengan tema itu ingin meyakinkan bahwa yang namanya persaudaraan itu akan berlangsung seumur hidup. Hadir di negara ini yang plural sejak semula, baik dari sisi apa pun, agama, suku, budaya, cara pandang politik itu juga berbeda dan hal itu sebuah realitas yang dialami.

Oleh karena itu, melalui agenda Sekolah Kebhinekaan ini bersama-sama mengajak banyak orang untuk menyadari pentingnya persaudaraan yang harus dirawat bersama.

Romo Vikep Kevikepan Kedu Antonius Dodit Haryono menyampaikan Sekolah Kebhinekaan ini merupakan kesempatan istimewa bagi para pemuda yang terlibat di dalamnya.

Semua tahu bahwa pemilu itu pasti akan menghasilkan bermacam hal, tentu yang diharapkan adalah hal positif untuk pembangunan, kebersamaan sebagai warga bangsa. Akan tetapi ternyata, kadang, pemilu diwarnai dengan aneka macam hal yang tidak baik.

"Teman-teman muda yang ada di sini saya rasa orang-orang yang siap untuk menjaga, merawat, dan mengembangkan yang namanya paseduluran (persaudaraan)," katanya.

Oleh karena itu dengan tema "Pemilu Itu Sementara, Persaudaraan Itu Selamanya" ini ada beberapa hal bisa diterapkan, pertama tetap "nyumadulur" (bersaudara), yang namanya persaudaraan itu melintas batas.

Memang Indonesia itu plural sejak semula dan pendiri bangsa ini sadar akan hal itu dan Pancasila menjadi perekat semua.

"Sebagai warga bangsa, ayo mematuhi, kalau kita semua sungguh-sungguh sumadulur maka yang terjadi adalah ayo tetap akur ora malah udur (tidak malah bertikai) dan kalau kita akur maka tidak akan hancur," katanya.

Orang-orang muda dalam kegiatan ini, mungkin dari jumlah cukup sedikit, tetapi lebih baik menyalakan lilin kecil di tengah kegelapan dari pada justru ikut arus di dalam kegelapan. Mari jadi lilin kecil di tengah kehidupan ini.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Magelang Sofia Noor menyampaikan terima kasih dengan penyelenggaraan Sekolah Kebhinekaan yang diikuti para pemuda lintas agama yang diselenggarakan gereja dengan mengedepankan toleransi ini.

Sekolah Kebhinekaan ini memberikan pembekalan kepada anak-anak muda yang bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara.

Kegiatan seperti ini diperlukan karena Indonesia luas, penduduknya banyak dengan beragam suku dan agama. Sekolah Kebhinekaan ini bisa menyatukan generasi muda supaya mereka mengerti tentang makna sejati kebinekaan.

Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2023