Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin didampingi Istri Wury Ma’ruf Amin menghadiri Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 RI di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, salah satu daya tarik dari pelaksanaan Upacara Peringatan HUT RI adalah penggunaan pakaian adat yang beraneka ragam dari seluruh Nusantara yang dikenakan Presiden, Wapres, maupun para pengisi dan peserta upacara.
Pada peringatan HUT Ke-78 RI ini, Wapres beserta Istri Wury Ma’ruf Amin memilih mengenakan pakaian adat dari Provinsi Sumatera Barat saat menghadiri Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI.
Wapres tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 09.30 WIB, Wapres tampak mengenakan pakaian adat Padang, Sumatera Barat bernuansa ungu dengan campuran aksen warna emas.
Baju tersebut dipadukan dengan kain songket yang menutup pinggang dan hiasan keris pada bagian depan. Adapun makna filosofis dari pakaian yang dikenakan Wapres adalah melambangkan kepemimpinan dari orang yang memakainya. Warna ungu yang mendominasi semakin mempertegas karakter tersebut.
Sedangkan aksesori berupa keris yang diselipkan di bagian pinggang melambangkan kehati-hatian dalam mengambil tindakan. Para pemakainya harus berpikir dan menimbang baik buruk sesuatu sebelum mengambil sebuah keputusan.
Selaras dengan Wapres, Wury Ma’ruf Amin tampak anggun mengenakan baju khas Koto Gadang bernuansa senada dengan Wapres, ungu, dan emas. Busana ini mencerminkan falsafah "Minangkabau Basyandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah", adat yang diterapkan di masyarakat yang tidak terlepas dari prinsip-prinsip agama Islam.
Baca juga: Wapres ajak kobarkan semangat bakti dan kecintaan terhadap RI
Baca juga: Wapres hadiri Sidang Tahunan MPR kenakan pakaian Demang khas Betawi
Tak seperti pakaian Minang lazimnya yang menggunakan 'suntiang', busana adat Koto Gadang identik dengan kain segi empat yang dikenakan di kepala atau dikenal dengan sebutan "tingkuluak talakuang".
"Tingkuluak talakuang" merupakan sejenis kain segi empat yang digunakan di atas kepala, mengisyaratkan sebagai telekung pada mukena dan menandakan bahwa masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi agama Islam.
Sementara pada bagian baju, model baju kurung pada pakaian adat Koto Gadang ini memiliki celah yang didesain khusus pada bagian lehernya dan memiliki makna bahwa pemakainya dapat menerima masukan dari siapa pun dan memiliki sikap bijaksana dalam menyikapi masukan tersebut.
Selain upacara pagi, pada sore hari Wapres dan Istri Wury Ma’ruf Amin dijadwalkan hadir mengikuti Upacara Penurunan Sang Saka Merah Putih di Halaman Istana Merdeka dan akan mengenakan pakaian adat Pontianak, Kalimantan Barat, bernuansa warna oranye.
Di tengah momen peringatan hari kemerdekaan ini, Wapres sempat menyampaikan pesan kepada segenap bangsa Indonesia untuk terus mengobarkan semangat bakti dan kecintaan kepada Tanah Air, khususnya untuk mengisi kemerdekaan dan mewujudkan cita-cita menjadi Indonesia Maju.
“Mari kita perkokoh persatuan dan kesatuan, kita tebarkan pesan-pesan perdamaian, dan kita semaikan pengetahuan. Jangan lelah dan menyerah dalam memberikan karya dan darmabakti kepada masyarakat, bangsa, dan negara demi menjemput masa depan Indonesia yang gemilang,” pesan Wapres melalui rekaman video.
Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi di Halaman Istana Merdeka tahun ini diperkirakan menjadi upacara terakhir yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta karena tahun depan upacara diharapkan sudah diselenggarakan di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, salah satu daya tarik dari pelaksanaan Upacara Peringatan HUT RI adalah penggunaan pakaian adat yang beraneka ragam dari seluruh Nusantara yang dikenakan Presiden, Wapres, maupun para pengisi dan peserta upacara.
Pada peringatan HUT Ke-78 RI ini, Wapres beserta Istri Wury Ma’ruf Amin memilih mengenakan pakaian adat dari Provinsi Sumatera Barat saat menghadiri Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI.
Wapres tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 09.30 WIB, Wapres tampak mengenakan pakaian adat Padang, Sumatera Barat bernuansa ungu dengan campuran aksen warna emas.
Baju tersebut dipadukan dengan kain songket yang menutup pinggang dan hiasan keris pada bagian depan. Adapun makna filosofis dari pakaian yang dikenakan Wapres adalah melambangkan kepemimpinan dari orang yang memakainya. Warna ungu yang mendominasi semakin mempertegas karakter tersebut.
Sedangkan aksesori berupa keris yang diselipkan di bagian pinggang melambangkan kehati-hatian dalam mengambil tindakan. Para pemakainya harus berpikir dan menimbang baik buruk sesuatu sebelum mengambil sebuah keputusan.
Selaras dengan Wapres, Wury Ma’ruf Amin tampak anggun mengenakan baju khas Koto Gadang bernuansa senada dengan Wapres, ungu, dan emas. Busana ini mencerminkan falsafah "Minangkabau Basyandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah", adat yang diterapkan di masyarakat yang tidak terlepas dari prinsip-prinsip agama Islam.
Baca juga: Wapres ajak kobarkan semangat bakti dan kecintaan terhadap RI
Baca juga: Wapres hadiri Sidang Tahunan MPR kenakan pakaian Demang khas Betawi
Tak seperti pakaian Minang lazimnya yang menggunakan 'suntiang', busana adat Koto Gadang identik dengan kain segi empat yang dikenakan di kepala atau dikenal dengan sebutan "tingkuluak talakuang".
"Tingkuluak talakuang" merupakan sejenis kain segi empat yang digunakan di atas kepala, mengisyaratkan sebagai telekung pada mukena dan menandakan bahwa masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi agama Islam.
Sementara pada bagian baju, model baju kurung pada pakaian adat Koto Gadang ini memiliki celah yang didesain khusus pada bagian lehernya dan memiliki makna bahwa pemakainya dapat menerima masukan dari siapa pun dan memiliki sikap bijaksana dalam menyikapi masukan tersebut.
Selain upacara pagi, pada sore hari Wapres dan Istri Wury Ma’ruf Amin dijadwalkan hadir mengikuti Upacara Penurunan Sang Saka Merah Putih di Halaman Istana Merdeka dan akan mengenakan pakaian adat Pontianak, Kalimantan Barat, bernuansa warna oranye.
Di tengah momen peringatan hari kemerdekaan ini, Wapres sempat menyampaikan pesan kepada segenap bangsa Indonesia untuk terus mengobarkan semangat bakti dan kecintaan kepada Tanah Air, khususnya untuk mengisi kemerdekaan dan mewujudkan cita-cita menjadi Indonesia Maju.
“Mari kita perkokoh persatuan dan kesatuan, kita tebarkan pesan-pesan perdamaian, dan kita semaikan pengetahuan. Jangan lelah dan menyerah dalam memberikan karya dan darmabakti kepada masyarakat, bangsa, dan negara demi menjemput masa depan Indonesia yang gemilang,” pesan Wapres melalui rekaman video.
Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi di Halaman Istana Merdeka tahun ini diperkirakan menjadi upacara terakhir yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta karena tahun depan upacara diharapkan sudah diselenggarakan di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023
0 comments:
Post a Comment