Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) menyerahkan kajian cepat kepada Presiden RI Joko Widodo terkait persoalan eskalasi kekerasan antara Israel dan Palestina.
Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto disela-sela kegiatannya di Jakarta, Rabu, menyampaikan kajian cepat yang di antaranya membahas kelanjutan normalisasi hubungan negara-negara Arab dan Israel.
“Kami sudah menyerahkan kajian cepat kami pada hari Senin (9/10) siang kepada Pak Jokowi, dan itu diminta hari Minggu (8/10). Kami serahkan hari Senin siang, akan diperdalam Senin (16/10) lagi,” kata Gubernur Lemhannas RI itu menjawab pertanyaan wartawan di lokasi acara.
Dia menjelaskan normalisasi Israel dengan negara-negara Arab kemungkinan terkendala adanya eskalasi konflik bersenjata antara kelompok Hamas Palestina dengan militer Israel.
“Kami mengkaji misalnya, satu, apa pengaruh dari eskalasi ini ke proses normalisasi hubungan antara Israel dengan negara-negara Arab melalui Abraham Accord yang mestinya terjadi tahun ini. Ada beberapa deadline (tenggat waktu, red.) yang kemudian lewat karena ada eskalasi kekerasan. Ada deadline di bulan Ramadhan tahun ini lewat, karena terjadi eskalasi kekerasan antara Israel dengan Palestina yang terjadi secara signifikan. Ada deadline lagi pada November tahun ini yang akan menjadi semakin berat karena ada perang antara Israel dan Hamas,” kata Andi Widjajanto.
Walaupun demikian, Andi tidak menyebut nama negara-negara yang berpeluang melakukan normalisasi hubungan mereka dengan Israel dalam waktu dekat ini.
Terlepas dari itu, sepanjang 2020–2022, beberapa negara di Semenanjung Arab membuka hubungan diplomatik dengan Israel, di antaranya Uni Emirat Arab (UAE), Bahrain, Sudan, Maroko, dan Turki, kemudian ada Mesir (sejak 1979), dan Yordania (sejak 1994).
Arab Saudi dalam tahun ini juga dalam proses melakukan normalisasi hubungan diplomatiknya dengan Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat Sidang Ke-78 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, (22/9) menyampaikan optimisme itu di hadapan negara-negara anggota PBB.
“Perdamaian seperti itu akan sangat membantu dalam mengakhiri konflik Arab-Israel dan mendorong negara-negara Arab lainnya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel,” kata Netanyahu.
Pasukan bersenjata Hamas meluncurkan 2.200 roket ke Israel dalam Operasi Banjir Al Aqsa, yang diikuti oleh serbuan ke tentara Israel dalam waktu 48 jam setelah peluncuran roket.
Serangan Hamas itu dibalas oleh militer Israel yang memborbardir Gaza. Akibat serangan itu, lebih dari 700 orang di Gaza tewas, sementara lebih dari 4.000 warga luka-luka, sementara di Israel lebih dari 900 warga tewas, dan lebih dari 2.000 warga luka-luka.
Kementerian Luar Negeri RI mencatat saat ini ada 45 warga negara Indonesia (WNI) di Palestina, 10 di antaranya ada di Gaza.
Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto disela-sela kegiatannya di Jakarta, Rabu, menyampaikan kajian cepat yang di antaranya membahas kelanjutan normalisasi hubungan negara-negara Arab dan Israel.
“Kami sudah menyerahkan kajian cepat kami pada hari Senin (9/10) siang kepada Pak Jokowi, dan itu diminta hari Minggu (8/10). Kami serahkan hari Senin siang, akan diperdalam Senin (16/10) lagi,” kata Gubernur Lemhannas RI itu menjawab pertanyaan wartawan di lokasi acara.
Dia menjelaskan normalisasi Israel dengan negara-negara Arab kemungkinan terkendala adanya eskalasi konflik bersenjata antara kelompok Hamas Palestina dengan militer Israel.
“Kami mengkaji misalnya, satu, apa pengaruh dari eskalasi ini ke proses normalisasi hubungan antara Israel dengan negara-negara Arab melalui Abraham Accord yang mestinya terjadi tahun ini. Ada beberapa deadline (tenggat waktu, red.) yang kemudian lewat karena ada eskalasi kekerasan. Ada deadline di bulan Ramadhan tahun ini lewat, karena terjadi eskalasi kekerasan antara Israel dengan Palestina yang terjadi secara signifikan. Ada deadline lagi pada November tahun ini yang akan menjadi semakin berat karena ada perang antara Israel dan Hamas,” kata Andi Widjajanto.
Walaupun demikian, Andi tidak menyebut nama negara-negara yang berpeluang melakukan normalisasi hubungan mereka dengan Israel dalam waktu dekat ini.
Terlepas dari itu, sepanjang 2020–2022, beberapa negara di Semenanjung Arab membuka hubungan diplomatik dengan Israel, di antaranya Uni Emirat Arab (UAE), Bahrain, Sudan, Maroko, dan Turki, kemudian ada Mesir (sejak 1979), dan Yordania (sejak 1994).
Arab Saudi dalam tahun ini juga dalam proses melakukan normalisasi hubungan diplomatiknya dengan Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat Sidang Ke-78 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, (22/9) menyampaikan optimisme itu di hadapan negara-negara anggota PBB.
“Perdamaian seperti itu akan sangat membantu dalam mengakhiri konflik Arab-Israel dan mendorong negara-negara Arab lainnya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel,” kata Netanyahu.
Pasukan bersenjata Hamas meluncurkan 2.200 roket ke Israel dalam Operasi Banjir Al Aqsa, yang diikuti oleh serbuan ke tentara Israel dalam waktu 48 jam setelah peluncuran roket.
Serangan Hamas itu dibalas oleh militer Israel yang memborbardir Gaza. Akibat serangan itu, lebih dari 700 orang di Gaza tewas, sementara lebih dari 4.000 warga luka-luka, sementara di Israel lebih dari 900 warga tewas, dan lebih dari 2.000 warga luka-luka.
Kementerian Luar Negeri RI mencatat saat ini ada 45 warga negara Indonesia (WNI) di Palestina, 10 di antaranya ada di Gaza.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Edy M Yakub
COPYRIGHT © ANTARA 2023
0 comments:
Post a Comment