Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden RI Bidang Sosial Angkie Yudistia mengajak teman difabel ikut uji coba kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dan memberi masukan agar akses KCJB bisa lebih ramah disabilitas.
"Kemarin kita sudah mencoba kereta cepat dari Jakarta-Bandung dan sebaliknya. Waktunya sangat cepat, pergi 40 menit, pulang juga 40 menit, jadi bisa mempersingkat waktu. Selain itu banyak juga masukan-masukan dari teman-teman disabilitas yang ikut naik kereta cepat, setelah merasakannya secara langsung," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Dalam uji coba kali ini, ia mengajak teman-teman disabilitas untuk turut serta memperhatikan akses yang tersedia dan aktif memberikan masukan agar ke depan KCJB bisa memberikan layanan yang lebih adil dan setara.
Ia menjelaskan teman disabilitas tuli menyampaikan masukan terkait dengan penanda visual yang perlu ditambahkan untuk mempermudah mereka ketika mencari arah.
Selain itu, dia menambahkan perlu adanya karyawan yang memiliki kemampuan dalam berbahasa isyarat.
"Jadi ada beberapa masukan, seperti dari teman tuli, untuk visual dan papan arah kurang banyak, seharusnya mungkin bisa ditambah lagi untuk fasilitas tersebut agar bisa membantu teman tuli. Kemudian, untuk karyawan juga perlu ditambahkan yang bisa berbahasa isyarat. Dari fasilitas di toilet, juga tidak ada lampu panggilan di dalam," katanya.
Baca juga: Kemenhub terbitkan izin operasi kereta cepat Jakarta-Bandung
Selain masukan dari teman tuli, Angkie juga menyampaikan masukan-masukan lain dari teman disabilitas daksa (keterbatasan fisik) dan netra (penglihatan).
"Lalu ada juga masukan dari teman daksa, untuk akses masuk kursi roda masih susah, jadi perlu kursi roda khusus seperti di pesawat, karena kemarin teman kita mencoba kursi yang disediakan tidak bisa masuk, sulit. Selain itu juga tidak ada jalur pengganti anak tangga atau ramp untuk masuk gerbong, dan penanda atau sign untuk difabel tidak ada, seperti di parkiran, di gerbong, petugas juga masih belum sadar dengan kehadiran teman-teman difabel," ucapnya.
Dia mengharapkan masukan-masukan tersebut bisa menjadi perbaikan untuk memudahkan para disabilitas yang menggunakan transportasi kereta cepat.
"Ada juga masukan dari teman netra penglihatan rendah (low vision). Seperti warna yang tertera pada papan pengumuman, itu kurang kontras, lalu tulisan papan di keberangkatan, kurang besar dan tebal. Selain itu, perlu adanya lintasan blok untuk berhenti dan berbelok, karena sepanjang percobaan kemarin tidak ada," ujarnya.
Dirinya berharap, ke depan masukan-masukan dari teman-teman disabilitas yang telah mencoba langsung kereta cepat, bisa segera terealisasi dan lebih memudahkan para disabilitas yang menggunakan transportasi umum, utamanya kereta cepat sebagai salah satu transportasi kebanggaan Bangsa Indonesia.
Baca juga: Menjajal kereta cepat "Whoosh", ke Bandung cuma 45 menit
Baca juga: Angkie Yudistia soal ekosistem ramah disabilitas: Bukan kerja instan
Baca juga: Angkie soroti isu disabilitas dalam "Menuju Indonesia Inklusi"
"Kemarin kita sudah mencoba kereta cepat dari Jakarta-Bandung dan sebaliknya. Waktunya sangat cepat, pergi 40 menit, pulang juga 40 menit, jadi bisa mempersingkat waktu. Selain itu banyak juga masukan-masukan dari teman-teman disabilitas yang ikut naik kereta cepat, setelah merasakannya secara langsung," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Dalam uji coba kali ini, ia mengajak teman-teman disabilitas untuk turut serta memperhatikan akses yang tersedia dan aktif memberikan masukan agar ke depan KCJB bisa memberikan layanan yang lebih adil dan setara.
Ia menjelaskan teman disabilitas tuli menyampaikan masukan terkait dengan penanda visual yang perlu ditambahkan untuk mempermudah mereka ketika mencari arah.
Selain itu, dia menambahkan perlu adanya karyawan yang memiliki kemampuan dalam berbahasa isyarat.
"Jadi ada beberapa masukan, seperti dari teman tuli, untuk visual dan papan arah kurang banyak, seharusnya mungkin bisa ditambah lagi untuk fasilitas tersebut agar bisa membantu teman tuli. Kemudian, untuk karyawan juga perlu ditambahkan yang bisa berbahasa isyarat. Dari fasilitas di toilet, juga tidak ada lampu panggilan di dalam," katanya.
Baca juga: Kemenhub terbitkan izin operasi kereta cepat Jakarta-Bandung
Selain masukan dari teman tuli, Angkie juga menyampaikan masukan-masukan lain dari teman disabilitas daksa (keterbatasan fisik) dan netra (penglihatan).
"Lalu ada juga masukan dari teman daksa, untuk akses masuk kursi roda masih susah, jadi perlu kursi roda khusus seperti di pesawat, karena kemarin teman kita mencoba kursi yang disediakan tidak bisa masuk, sulit. Selain itu juga tidak ada jalur pengganti anak tangga atau ramp untuk masuk gerbong, dan penanda atau sign untuk difabel tidak ada, seperti di parkiran, di gerbong, petugas juga masih belum sadar dengan kehadiran teman-teman difabel," ucapnya.
Dia mengharapkan masukan-masukan tersebut bisa menjadi perbaikan untuk memudahkan para disabilitas yang menggunakan transportasi kereta cepat.
"Ada juga masukan dari teman netra penglihatan rendah (low vision). Seperti warna yang tertera pada papan pengumuman, itu kurang kontras, lalu tulisan papan di keberangkatan, kurang besar dan tebal. Selain itu, perlu adanya lintasan blok untuk berhenti dan berbelok, karena sepanjang percobaan kemarin tidak ada," ujarnya.
Dirinya berharap, ke depan masukan-masukan dari teman-teman disabilitas yang telah mencoba langsung kereta cepat, bisa segera terealisasi dan lebih memudahkan para disabilitas yang menggunakan transportasi umum, utamanya kereta cepat sebagai salah satu transportasi kebanggaan Bangsa Indonesia.
Baca juga: Menjajal kereta cepat "Whoosh", ke Bandung cuma 45 menit
Baca juga: Angkie Yudistia soal ekosistem ramah disabilitas: Bukan kerja instan
Baca juga: Angkie soroti isu disabilitas dalam "Menuju Indonesia Inklusi"
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2023
0 comments:
Post a Comment