Wednesday, April 1, 2020

Sri Mulyani: Ekonomi RI berpotensi tumbuh 2,3 persen akibat COVID-19

Sri Mulyani: Ekonomi RI berpotensi tumbuh 2,3 persen akibat COVID-19
Presiden Joko Widodo bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (26/3/2020) malam. ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr/aa.
dalam skenario terburuk bisa terkontraksi 0,4 persen
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia berpotensi hanya tumbuh 2,3 persen atau dengan skenario terburuk akan terkontraksi hingga 0,4 persen akibat adanya wabah virus corona atau COVID-19.

“BI,OJK, dan kami (Kemenkeu) memperkirakan pertumbuhan ekonomi turun ke 2,3 persen bahkan dalam skenario terburuk bisa terkontraksi 0,4 persen,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani menyatakan wabah virus corona menyebabkan kegiatan ekonomi menurun serta menekan kegiatan lembaga keuangan sehingga berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi jauh dari target APBN 2020 yakni 5,3 persen.

“Kondisi ini menyebabkan penurunan pada kegiatan ekonomi dan menekan lembaga keuangan karena kredit tidak bisa dibayarkan atau bahkan diberikan relaksasi untuk tidak dibayarkan,” ujarnya.
Sri Mulyani menjelaskan menurunnya kegiatan ekonomi membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga menurun di level 3,22 persen untuk skenario berat dan 1,6 persen pada skenario terberat dengan target dalam APBN 2020 mencapai 5 persen.

“Sektor rumah tangga kita perkirakan akan mengalami penurunan cukup besar dari sisi konsumsi karena mereka tidak lagi melakukan aktivitas di luar rumah,” katanya.
Kemudian, Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga diperkirakan terkontraksi 1,78 persen pada skenario berat dan minus 1,91 persen.

Sementara itu, untuk konsumsi pemerintah hanya diperkirakan tumbuh 6,83 persen untuk skenario berat dan 3,73 persen skenario terberat dengan target dalam APBN 2020 sebesar 4,3 persen.

“Konsumsi pemerintah dalam hal ini akan kita pertahankan oleh karena itu defisitnya meningkat,” ujarnya.
Tak hanya itu, Sri Mulyani menyebutkan untuk investasi akan merosot cukup tajam dari target APBN 2020 sebesar 6 persen yakni diperkirakan hanya berada di level 1,12 persen pada skenario berat dan negatif hingga 4,22 persen untuk skenario terberat.

Selanjutnya, ekspor yang dalam APBN 2020 ditargetkan tumbuh 3,7 persen justru diproyeksikan turut mengalami kontraksi sangat dalam yaitu hingga 14 persen pada skenario berat dan 15,6 persen untuk skenario terberat.

“Ekspor yang kemarin sudah negative growth selama hampir satu tahun itu juga mengalami pertumbuhan yang lebih dalam lagi,” ujarnya.
Impor juga diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif yaitu 14,5 persen untuk skenario berat dan hingga 16,65 persen pada skenario terberat dengan target dalam APBN 2020 sebesar 3,2 persen.

“Transmisi kesehatan menjadi masalah sosial dan ekonomi lalu kemudian masalah ancaman stabilitas keuangan menjadi sangat nyata,” tegasnya.
Baca juga: Menkeu: Pembuat kebijakan di seluruh negara berupaya lawan resesi
Baca juga: Sri Mulyani: IMF proyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2020 negatif
Baca juga: Sri Mulyani tak paksakan defisit anggaran di bawah tiga persen

 
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2020

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sri Mulyani: Ekonomi RI berpotensi tumbuh 2,3 persen akibat COVID-19

0 comments:

Post a Comment