Batam (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyatakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Riau harus siap menerima kedatangan pekerja migran Indonesia yang hendak pulang ke Tanah Air, apabila Batam sudah kesulitan menangani karantina "pahlawan" devisa.
"Prinsipnya, kalau di sini sudah kesulitan menahan arus, bahkan perlu pengalihan arus juga, mereka harus siap," kata Menteri usai meninjau proses kedatangan PMI dari Malaysia saat tiba di Pelabuhan Internasional Batam Centre Kota Batam Kepulauan Riau, Sabtu.
Saat ini Batam menjadi satu-satunya pintu masuk kedatangan PMI dari Malaysia, sehingga daerah setempat relatif kewalahan menanganinya. Apalagi terdapat protokol kesehatan COVID-19 yang ketat yang harus dilalui PMI, seperti karantina dan tes usap PCR.
Baca juga: Mendagri: Batam perlu tambahan nakes layani PMI
Sebenarnya, Tanjung Balai Asahan di Sumut dan Dumai di Riau juga memiliki pintu masuk kedatangan dari Malaysia. Namun, ditutup karena kedua daerah tidak memiliki fasilitas karantina yang memadai.
Selain itu, angka penularan COVID-19 di Sumut dan Riau juga meningkat, sehingga diperlukan penanganan.
"Memang Sumut dan Riau cukup meningkat angka COVID-19, kita berusaha nanti bernegosiasi, memperkuat karantina," kata dia.
Apalagi, berdasarkan informasi yang diterimanya, terdapat banyak hotel di Dumai yang bisa digunakan sebagai tempat karantina.
Sementara itu, hingga Sabtu, tercatat sekitar 400 PMI yang masih menjalani karantina di tiga rusun di Batam yang ditetapkan pemerintah.
Selain itu juga terdapat sejumlah yang menjalani karantina mandiri di hotel-hotel.
Baca juga: Satgas pastikan semua PMI positif COVID-19 dievakuasi ke RSKI
Baca juga: Pulang dari Malaysia, puluhan pekerja migran tiba lagi di Pamekasan
Baca juga: Pemerintah jadwalkan empat pelayaran pulangkan pekerja migran
"Prinsipnya, kalau di sini sudah kesulitan menahan arus, bahkan perlu pengalihan arus juga, mereka harus siap," kata Menteri usai meninjau proses kedatangan PMI dari Malaysia saat tiba di Pelabuhan Internasional Batam Centre Kota Batam Kepulauan Riau, Sabtu.
Saat ini Batam menjadi satu-satunya pintu masuk kedatangan PMI dari Malaysia, sehingga daerah setempat relatif kewalahan menanganinya. Apalagi terdapat protokol kesehatan COVID-19 yang ketat yang harus dilalui PMI, seperti karantina dan tes usap PCR.
Baca juga: Mendagri: Batam perlu tambahan nakes layani PMI
Sebenarnya, Tanjung Balai Asahan di Sumut dan Dumai di Riau juga memiliki pintu masuk kedatangan dari Malaysia. Namun, ditutup karena kedua daerah tidak memiliki fasilitas karantina yang memadai.
Selain itu, angka penularan COVID-19 di Sumut dan Riau juga meningkat, sehingga diperlukan penanganan.
"Memang Sumut dan Riau cukup meningkat angka COVID-19, kita berusaha nanti bernegosiasi, memperkuat karantina," kata dia.
Apalagi, berdasarkan informasi yang diterimanya, terdapat banyak hotel di Dumai yang bisa digunakan sebagai tempat karantina.
Sementara itu, hingga Sabtu, tercatat sekitar 400 PMI yang masih menjalani karantina di tiga rusun di Batam yang ditetapkan pemerintah.
Selain itu juga terdapat sejumlah yang menjalani karantina mandiri di hotel-hotel.
Baca juga: Satgas pastikan semua PMI positif COVID-19 dievakuasi ke RSKI
Baca juga: Pulang dari Malaysia, puluhan pekerja migran tiba lagi di Pamekasan
Baca juga: Pemerintah jadwalkan empat pelayaran pulangkan pekerja migran
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment