Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan mengajak Umat Islam untuk melakukan Shalat Gerhana pada saat berlangsungnya gerhana bulan total pada Rabu (26/5) mulai pukul 18.08 WIB.
“Kami menghimbau umat Islam untuk melakukan Shalat Gerhana. Fenomena alam ini hendaknya menjadi renungan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri pada Allah SWT,” ujar Amirsyah di Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan fenomena alam langka tersebut merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Umat Islam yang yakin akan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaannya dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.
“Saya menghimbau umat Islam untuk menggunakan kesempatan ini untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Apalagi pada era pandemi COVID-19, yang mana kita perlu untuk wajib iman, wajib aman (menjaga jarak, memakai masker dan menjauhi kerumunan), serta wajib imun atau meningkatkan imunitas kita,” kata dia.
Baca juga: Panduan shalat gerhana pada masa pandemi
Baca juga: Kemenag minta pelaksanaan shalat gerhana tetap patuhi prokes
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama mengimbau warga Muslim menunaikan shalat sunah gerhana dengan tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
Shalat gerhana dua rakaat diawali dengan niat dan takbiratul ihram dilanjutkan dengan membaca doa iftitah, membaca Surah Al Fatihah, membaca surah selain Al Fatihah dengan cara dijaharkan (dilantangkan suaranya, bukan lirih), rukuk dengan membaca tasbih, dan i'tidal (bangkit dari rukuk).
Setelah i'tidal pertama tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah dan surah lain.
Berdiri yang kedua lebih singkat dari yang pertama dan dilanjutkan dengan rukuk kedua yang lebih pendek dari rukuk sebelumnya, i'tidal, sujud yang panjangnya sebagaimana rukuk, duduk di antara dua sujud, sujud kembali, lalu bangkit dari sujud dan mengerjakan rakaat kedua.
Rakaat kedua dikerjakan sebagaimana rakaat pertama dengan bacaan dan gerakan yang lebih singkat serta diakhiri dengan tasyahud dan salam.Setelah itu jamaah shalat gerhana mendengarkan khutbah dari imam mengenai anjuran untuk berzikir, berdoa, beristighfar, dan bersedekah.*
Baca juga: Warga Palembang tetap Shalat Kusuf meski gerhana tidak terlihat
Baca juga: Sejumlah masjid di Kalsel gelar Shalat Gerhana Matahari berjamaah
“Kami menghimbau umat Islam untuk melakukan Shalat Gerhana. Fenomena alam ini hendaknya menjadi renungan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri pada Allah SWT,” ujar Amirsyah di Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan fenomena alam langka tersebut merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Umat Islam yang yakin akan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaannya dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.
“Saya menghimbau umat Islam untuk menggunakan kesempatan ini untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Apalagi pada era pandemi COVID-19, yang mana kita perlu untuk wajib iman, wajib aman (menjaga jarak, memakai masker dan menjauhi kerumunan), serta wajib imun atau meningkatkan imunitas kita,” kata dia.
Baca juga: Panduan shalat gerhana pada masa pandemi
Baca juga: Kemenag minta pelaksanaan shalat gerhana tetap patuhi prokes
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama mengimbau warga Muslim menunaikan shalat sunah gerhana dengan tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
Shalat gerhana dua rakaat diawali dengan niat dan takbiratul ihram dilanjutkan dengan membaca doa iftitah, membaca Surah Al Fatihah, membaca surah selain Al Fatihah dengan cara dijaharkan (dilantangkan suaranya, bukan lirih), rukuk dengan membaca tasbih, dan i'tidal (bangkit dari rukuk).
Setelah i'tidal pertama tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah dan surah lain.
Berdiri yang kedua lebih singkat dari yang pertama dan dilanjutkan dengan rukuk kedua yang lebih pendek dari rukuk sebelumnya, i'tidal, sujud yang panjangnya sebagaimana rukuk, duduk di antara dua sujud, sujud kembali, lalu bangkit dari sujud dan mengerjakan rakaat kedua.
Rakaat kedua dikerjakan sebagaimana rakaat pertama dengan bacaan dan gerakan yang lebih singkat serta diakhiri dengan tasyahud dan salam.Setelah itu jamaah shalat gerhana mendengarkan khutbah dari imam mengenai anjuran untuk berzikir, berdoa, beristighfar, dan bersedekah.*
Baca juga: Warga Palembang tetap Shalat Kusuf meski gerhana tidak terlihat
Baca juga: Sejumlah masjid di Kalsel gelar Shalat Gerhana Matahari berjamaah
Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment