Padang (ANTARA) - Siapa mengira buah jengkol yang dapat menimbulkan aroma tidak sedap pada urin ternyata juga digemari oleh warga di belahan dunia yang lain bahkan hingga ke Jepang.
Buktinya, kini jengkol atau jering asal Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat berhasil menembus pasar ekspor hingga ke negeri sakura Jepang.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Karantina Pertanian Padang lewat pada sistem perkarantinaan, IQFAST di wilayah kerjanya, jengkol asal Sumbar sebelumnya belum pernah sama sekali masuk pasar ekspor.
Namun, tercatat sebanyak 100 kilogram jengkol diekspor tujuan Tokyo, Jepang telah melewati sertifikasi karantina pertanian.
Buah yang masuk kategori polong-polongan dengan nama latin archidendron pauciflorum ini tidak disangka masuk dalam jajaran komoditi ekspor pertanian, meskipun volumenya masih relatif kecil.
Artinya peluang komoditas pertanian asal Sumbar di pasar luar negeri terus terbuka setelah banyak komoditas pertanian Sumbar berhasil melenggang di pasar mancanegara, kini giliran jengkol masuk ke Jepang.
Meskipun menurut informasi dari eksportir bahwa permintaan jengkol ke Jepang adalah dari perantu Minang di negara itu, namun ini bisa menjadi catatan penting bahwa mata komoditi yang dapat diekspor semakin bertambah.
Demikian juga dari sisi nilai ekspor jengkol, saat ini bisa saja masih relatif kecil, namun jika permintaan semakin sering dengan jumlah meningkat bukan tidak mungkin jengkol menjadi salah satu andalan ekspor komoditi pertanian ke depan.
Bentuk ekspornya, bisa selain dalam bentuk buah utuh, bisa juga dalam bentuk pangan olahan.
Di dalam negeri, di sejumlah daerah bahkan harga 1 kg jengkol sering kali menembus harga tinggi yang bahkan bisa melebihi harga 1 kg daging ayam, atau mendekati harga 1 kg daging. Tentu ini menjadi untuk memenuhi pasar ekspor, harga jengkol juga dipastikan akan melebih harga di dalam negeri.
Tidak hanya jengkol, sepanjang Januari hingga Februari 2021 sebanyak 1,8 ribu ton manggis asal Sumatera Barat diekspor ke Cina menggunakan pesawat khusus dari Bandara Internasional Minangkabau.
Kepala Karantina Pertanian Padang Iswan Haryanto mengatakan kendati saat pandemi akses penerbangan ke sejumlah negara terbatas, tidak mempengaruhi pengiriman komoditas pertanian asal Sumbar ke mancanegara.
Untuk ekspor manggis ada trend positif, eksportir sampai menyewa pesawat khusus penerbangan rute Padang–Guangzhou secara khusus guna memenuhi permintaan manggis di negara itu.
Oleh sebab itu ia menilai tingginya permintaan pasar luar negeri manggis harus didukung dengan pemenuhan persyaratan negara tujuan.
Untuk itu pelaku usaha harus terus meningkatkan kualitas serta kuantitas eksport demi menyukseskan program gerakan tiga kali lipat ekspor komoditas pertanian asal Sumbar.
Dari data sistem perkarantinaan IQFAST d tren ekspor manggis asal Sumbar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hingga Februari 2021 ekspor manggis yang disertifikasi sebanyak 1,8 ribu ton atau senilai Rp135,14 miliar dengan frekuensi pengiriman 183 kali tujuan Tiongkok.
Sedangkan pada 2020 manggis telah disertifikasi sebanyak 197 kali dengan volume 2,4 ribu ton dengan nilai mencapai Rp 136,83 miliar yang juga diekspor ke Tiongkok.
Kemudian sepanjang 2019 tercatat 151 kali sertifikasi manggis ekspor i dengan volume 256,5 ton atau senilai Rp 14,11 miliar.
Untuk memacu ekspor komoditas asal sub sektor hortikultura ini pihaknya juga melakukan edukasi berupa informasi dan motivasi, peninjauan langsung proses di rumah kemas, alat angkut hingga pemenuhan protokol ekspor manggis melalui pemeriksaan karantina.
Dengan adanya peningkatan ekspor manggis diharapkan dapat menjadi motivasi bagi petani dan pelaku usaha pertanian.
Sehingga kesejahteraan dan pergerakan ekonomi di Sumatera Barat juga meningkat.
Pada Februari 2021 bahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga langsung melepas ekspor 14 komoditas pertanian secara asal Sumatera Barat senilai Rp298,67 miliar.
“Produk unggulan ekspor Sumbar ini beragam, mulai dari petai, jengkol, manggis, produk turunan dari kelapa dan lainnya ke 11 negara tujuan seperti Belanda, Perancis, Belgia, Hongkong, Tiongkok, Jepang, India, Bangladesh, dan sejumlah negara di Asia Tenggara.
Tak berhenti sampai di situ, Sumatera Barat kembali mengekspor sejumlah komoditas pertanian senilai Rp383,8 miliar pada periode 9-14 Agustus 2021 ke sejumlah negara di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika Serikat melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Ini bukti bahwa sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap bisa bertahan dan mendukung perekonomian daerah di tengah pandemi," kata Gubernur Sumbar Mahyeldi.
Produk pertanian yang diekspor diantaranya kayu manis, sawit, karet, pinang, pala, gambir, biji kopi, petai cina, kecombrang, jengkol dan beberapa produk lain yang memiliki pasar cukup luas di beberapa negara.
Potensi ekspor tersebut terus ditingkatkan salah satunya dengan memperkuat hilirisasi produk pertanian di daerah sehingga yang diekspor bukan lagi komoditas mentah.
Kayu manis misalnya, kebutuhan di negara tujuan itu adalah yang sudah diolah menjadi bubuk. Demikian juga dengan karet. Kalau bisa membawa investor untuk membangun pabrik di Sumbar, nilai produknya tentu akan lebih tinggi.
Ke depan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait akan ditugaskan untuk mulai mempersiapkan program untuk hilirisasi produk pertanian seiring dengan visi misi yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2021-2026 yang juga fokus pada sektor pertanian.
Sejalan dengan upaya meningkatkan volume ekspor, harus didukung dengan ketersediaan pelabuhan laut yang memadai. Pelabuhan Teluk Bayur cocok dengan deskripsi itu tetapi saat ini masih ada kendala yaitu ukuran crane yang kecil sehingga tidak bisa mengangkat kontainer besar.
Pelindo II diharapkan bisa mencarikan solusi hal ini sehingga ekspor produk asal Sumbar bisa berjalan dengan baik.
Tol Laut
Sementara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Barat berharap pemerintah pusat segera mewujudkan tol laut dari Teluk Bayur menuju Kolombo dalam rangka meningkatkan ekspor Sumbar.
"Teluk Bayur merupakan satu-satunya pelabuhan terbaik di Pantai Barat Sumatera, dan sebelumnya sudah ada kerja sama dengan negara-negara di pesisir Samudra Hindia, peluang ini harus diambil," kata Ketua Kadin Sumbar Ramal Saleh.
Joka Tol Laut Teluk Bayur menuju Kolombo kemudian diteruskan ke Chenai maka jaraknya lebih dekat dari pada ke Tanjung Priuk dan ada dua miliar orang di sana mulai dari India, Pakistan, Bangladesh dan Nepal.
Peluang ini yang harus ditangkap, dan untuk ekspornya berkolaborasi dengan Bengkulu, Jambi, Riau daratan dan Sumatera Utara bagian selatan.
Jika tol laut terealisasi akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Memang tidak bisa serta merta tapi ini peluang yang harus ditangkap dan diambil.
Namun, kuncinya adalah sinergi dan kolaborasi antara pemerintah dengan dunia usaha sehingga bisa terwujud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Jengkol Sumbar tembus pasar Jepang
Baca juga: Permintaan tetap tinggi, meski harga jengkol melambung capai Rp60.000
Buktinya, kini jengkol atau jering asal Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat berhasil menembus pasar ekspor hingga ke negeri sakura Jepang.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Karantina Pertanian Padang lewat pada sistem perkarantinaan, IQFAST di wilayah kerjanya, jengkol asal Sumbar sebelumnya belum pernah sama sekali masuk pasar ekspor.
Namun, tercatat sebanyak 100 kilogram jengkol diekspor tujuan Tokyo, Jepang telah melewati sertifikasi karantina pertanian.
Buah yang masuk kategori polong-polongan dengan nama latin archidendron pauciflorum ini tidak disangka masuk dalam jajaran komoditi ekspor pertanian, meskipun volumenya masih relatif kecil.
Artinya peluang komoditas pertanian asal Sumbar di pasar luar negeri terus terbuka setelah banyak komoditas pertanian Sumbar berhasil melenggang di pasar mancanegara, kini giliran jengkol masuk ke Jepang.
Meskipun menurut informasi dari eksportir bahwa permintaan jengkol ke Jepang adalah dari perantu Minang di negara itu, namun ini bisa menjadi catatan penting bahwa mata komoditi yang dapat diekspor semakin bertambah.
Demikian juga dari sisi nilai ekspor jengkol, saat ini bisa saja masih relatif kecil, namun jika permintaan semakin sering dengan jumlah meningkat bukan tidak mungkin jengkol menjadi salah satu andalan ekspor komoditi pertanian ke depan.
Bentuk ekspornya, bisa selain dalam bentuk buah utuh, bisa juga dalam bentuk pangan olahan.
Di dalam negeri, di sejumlah daerah bahkan harga 1 kg jengkol sering kali menembus harga tinggi yang bahkan bisa melebihi harga 1 kg daging ayam, atau mendekati harga 1 kg daging. Tentu ini menjadi untuk memenuhi pasar ekspor, harga jengkol juga dipastikan akan melebih harga di dalam negeri.
Tidak hanya jengkol, sepanjang Januari hingga Februari 2021 sebanyak 1,8 ribu ton manggis asal Sumatera Barat diekspor ke Cina menggunakan pesawat khusus dari Bandara Internasional Minangkabau.
Kepala Karantina Pertanian Padang Iswan Haryanto mengatakan kendati saat pandemi akses penerbangan ke sejumlah negara terbatas, tidak mempengaruhi pengiriman komoditas pertanian asal Sumbar ke mancanegara.
Untuk ekspor manggis ada trend positif, eksportir sampai menyewa pesawat khusus penerbangan rute Padang–Guangzhou secara khusus guna memenuhi permintaan manggis di negara itu.
Oleh sebab itu ia menilai tingginya permintaan pasar luar negeri manggis harus didukung dengan pemenuhan persyaratan negara tujuan.
Untuk itu pelaku usaha harus terus meningkatkan kualitas serta kuantitas eksport demi menyukseskan program gerakan tiga kali lipat ekspor komoditas pertanian asal Sumbar.
Dari data sistem perkarantinaan IQFAST d tren ekspor manggis asal Sumbar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hingga Februari 2021 ekspor manggis yang disertifikasi sebanyak 1,8 ribu ton atau senilai Rp135,14 miliar dengan frekuensi pengiriman 183 kali tujuan Tiongkok.
Sedangkan pada 2020 manggis telah disertifikasi sebanyak 197 kali dengan volume 2,4 ribu ton dengan nilai mencapai Rp 136,83 miliar yang juga diekspor ke Tiongkok.
Kemudian sepanjang 2019 tercatat 151 kali sertifikasi manggis ekspor i dengan volume 256,5 ton atau senilai Rp 14,11 miliar.
Untuk memacu ekspor komoditas asal sub sektor hortikultura ini pihaknya juga melakukan edukasi berupa informasi dan motivasi, peninjauan langsung proses di rumah kemas, alat angkut hingga pemenuhan protokol ekspor manggis melalui pemeriksaan karantina.
Dengan adanya peningkatan ekspor manggis diharapkan dapat menjadi motivasi bagi petani dan pelaku usaha pertanian.
Sehingga kesejahteraan dan pergerakan ekonomi di Sumatera Barat juga meningkat.
Pada Februari 2021 bahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga langsung melepas ekspor 14 komoditas pertanian secara asal Sumatera Barat senilai Rp298,67 miliar.
“Produk unggulan ekspor Sumbar ini beragam, mulai dari petai, jengkol, manggis, produk turunan dari kelapa dan lainnya ke 11 negara tujuan seperti Belanda, Perancis, Belgia, Hongkong, Tiongkok, Jepang, India, Bangladesh, dan sejumlah negara di Asia Tenggara.
Tak berhenti sampai di situ, Sumatera Barat kembali mengekspor sejumlah komoditas pertanian senilai Rp383,8 miliar pada periode 9-14 Agustus 2021 ke sejumlah negara di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika Serikat melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Ini bukti bahwa sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap bisa bertahan dan mendukung perekonomian daerah di tengah pandemi," kata Gubernur Sumbar Mahyeldi.
Produk pertanian yang diekspor diantaranya kayu manis, sawit, karet, pinang, pala, gambir, biji kopi, petai cina, kecombrang, jengkol dan beberapa produk lain yang memiliki pasar cukup luas di beberapa negara.
Potensi ekspor tersebut terus ditingkatkan salah satunya dengan memperkuat hilirisasi produk pertanian di daerah sehingga yang diekspor bukan lagi komoditas mentah.
Kayu manis misalnya, kebutuhan di negara tujuan itu adalah yang sudah diolah menjadi bubuk. Demikian juga dengan karet. Kalau bisa membawa investor untuk membangun pabrik di Sumbar, nilai produknya tentu akan lebih tinggi.
Ke depan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait akan ditugaskan untuk mulai mempersiapkan program untuk hilirisasi produk pertanian seiring dengan visi misi yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2021-2026 yang juga fokus pada sektor pertanian.
Sejalan dengan upaya meningkatkan volume ekspor, harus didukung dengan ketersediaan pelabuhan laut yang memadai. Pelabuhan Teluk Bayur cocok dengan deskripsi itu tetapi saat ini masih ada kendala yaitu ukuran crane yang kecil sehingga tidak bisa mengangkat kontainer besar.
Pelindo II diharapkan bisa mencarikan solusi hal ini sehingga ekspor produk asal Sumbar bisa berjalan dengan baik.
Tol Laut
Sementara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Barat berharap pemerintah pusat segera mewujudkan tol laut dari Teluk Bayur menuju Kolombo dalam rangka meningkatkan ekspor Sumbar.
"Teluk Bayur merupakan satu-satunya pelabuhan terbaik di Pantai Barat Sumatera, dan sebelumnya sudah ada kerja sama dengan negara-negara di pesisir Samudra Hindia, peluang ini harus diambil," kata Ketua Kadin Sumbar Ramal Saleh.
Joka Tol Laut Teluk Bayur menuju Kolombo kemudian diteruskan ke Chenai maka jaraknya lebih dekat dari pada ke Tanjung Priuk dan ada dua miliar orang di sana mulai dari India, Pakistan, Bangladesh dan Nepal.
Peluang ini yang harus ditangkap, dan untuk ekspornya berkolaborasi dengan Bengkulu, Jambi, Riau daratan dan Sumatera Utara bagian selatan.
Jika tol laut terealisasi akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Memang tidak bisa serta merta tapi ini peluang yang harus ditangkap dan diambil.
Namun, kuncinya adalah sinergi dan kolaborasi antara pemerintah dengan dunia usaha sehingga bisa terwujud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Jengkol Sumbar tembus pasar Jepang
Baca juga: Permintaan tetap tinggi, meski harga jengkol melambung capai Rp60.000
Oleh Ikhwan Wahyudi
Editor: Royke Sinaga
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment