Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro menyatakan semua pasien yang tertular COVID-19 berpotensi terkena Post COVID Syndrome atau gejala berkelanjutan pasca dinyatakan negatif dari paparan virus tersebut.
"Semua orang yang tertular COVID-19 berpotensi terkena Post COVID Syndrome. Tidak tergantung tingkat keberatan atau kritis pada saat terkena COVID-19, baik OTG, ringan, sedang, maupun berat semuanya berpotensi terkena Post COVID," ujar Reisa dalam konferensi pers PPKM yang dipantau dari Jakarta secara daring, Jumat.
Reisa mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan seperempat penyintas COVID-19 di seluruh dunia mengalami gejala berlanjut selama sebulan. Bahkan terdapat laporan satu dari 10 penyintas masih belum sehat penuh setelah 12 pekan.
Dari berbagai literatur penelitian, kata dia, terdapat sekitar 200 gejala yang dikenali pada kasus Post COVID termasuk kelelahan, batuk berkepanjangan, nyeri dada dan otot, hingga disfungsi kognitif.
Baca juga: Reisa minta penderita Post COVID agar rutin konsultasi dengan dokter
Baca juga: Tips jaga kesehatan agar tak terjadi "long COVID-19"
Ia mengutip laporan WHO menyatakan gejala yang bertahan lama dapat berdampak serius pada kemampuan seseorang untuk kembali produktif. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan mental dan dapat mengakibatkan konsekuensi ekonomi yang signifikan.
"Namun, tidak semua penyintas akan terkena Post COVID Syndrome. Maka dari itu mari kita kenali lebih baik lagi kondisi pasca COVID-19," kata dia.
Menurut dia, para ahli dan tenaga medis di seluruh dunia masih belum bisa menyimpulkan pola umum gejala kondisi pasca sembuh dari COVID-19. Sulit terdeteksi gejala lanjutan setelah sembuh karena penyakit ini masih baru dan virus terus bermutasi
Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala Post COVID-19 dan yang paling disarankan adalah harus tetap mempertahankan kondisi badannya seperti saat berjuang sembuh. Lalu tetap memakan makanan bergizi dan seimbang serta olahraga rutin sesuai dengan kemampuan tubuh, termasuk menjaga kebersihan lingkungan.
Selain itu, kata dia, penyintas disarankan berada atau beraktivitas di ruangan yang memiliki ventilasi yang bagus dan meneruskan kebiasaan untuk berjemur di bawah sinar matahari serta tetap mengonsumsi vitamin dan suplemen sesuai saran dari dokter.
"Kondisi tubuh yang makin prima akan membuat kondisi kesehatan meningkat dan gejala tersebut dapat berangsur dikendalikan. Kalau saatnya tiba tiga bulan setelah sembuh, daftarkan diri untuk vaksinasi dan pertahankan komunikasi dengan dokter atau melalui telemedicine," kata dia.*
Baca juga: Waspada potensi "brain fog" pasca infeksi COVID-19
Baca juga: Lupa hingga lemot bisa terjadi setelah sembuh dari COVID-19
"Semua orang yang tertular COVID-19 berpotensi terkena Post COVID Syndrome. Tidak tergantung tingkat keberatan atau kritis pada saat terkena COVID-19, baik OTG, ringan, sedang, maupun berat semuanya berpotensi terkena Post COVID," ujar Reisa dalam konferensi pers PPKM yang dipantau dari Jakarta secara daring, Jumat.
Reisa mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan seperempat penyintas COVID-19 di seluruh dunia mengalami gejala berlanjut selama sebulan. Bahkan terdapat laporan satu dari 10 penyintas masih belum sehat penuh setelah 12 pekan.
Dari berbagai literatur penelitian, kata dia, terdapat sekitar 200 gejala yang dikenali pada kasus Post COVID termasuk kelelahan, batuk berkepanjangan, nyeri dada dan otot, hingga disfungsi kognitif.
Baca juga: Reisa minta penderita Post COVID agar rutin konsultasi dengan dokter
Baca juga: Tips jaga kesehatan agar tak terjadi "long COVID-19"
Ia mengutip laporan WHO menyatakan gejala yang bertahan lama dapat berdampak serius pada kemampuan seseorang untuk kembali produktif. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan mental dan dapat mengakibatkan konsekuensi ekonomi yang signifikan.
"Namun, tidak semua penyintas akan terkena Post COVID Syndrome. Maka dari itu mari kita kenali lebih baik lagi kondisi pasca COVID-19," kata dia.
Menurut dia, para ahli dan tenaga medis di seluruh dunia masih belum bisa menyimpulkan pola umum gejala kondisi pasca sembuh dari COVID-19. Sulit terdeteksi gejala lanjutan setelah sembuh karena penyakit ini masih baru dan virus terus bermutasi
Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala Post COVID-19 dan yang paling disarankan adalah harus tetap mempertahankan kondisi badannya seperti saat berjuang sembuh. Lalu tetap memakan makanan bergizi dan seimbang serta olahraga rutin sesuai dengan kemampuan tubuh, termasuk menjaga kebersihan lingkungan.
Selain itu, kata dia, penyintas disarankan berada atau beraktivitas di ruangan yang memiliki ventilasi yang bagus dan meneruskan kebiasaan untuk berjemur di bawah sinar matahari serta tetap mengonsumsi vitamin dan suplemen sesuai saran dari dokter.
"Kondisi tubuh yang makin prima akan membuat kondisi kesehatan meningkat dan gejala tersebut dapat berangsur dikendalikan. Kalau saatnya tiba tiga bulan setelah sembuh, daftarkan diri untuk vaksinasi dan pertahankan komunikasi dengan dokter atau melalui telemedicine," kata dia.*
Baca juga: Waspada potensi "brain fog" pasca infeksi COVID-19
Baca juga: Lupa hingga lemot bisa terjadi setelah sembuh dari COVID-19
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment