Jakarta (ANTARA) - Bagi sebagian orang media sosial merupakan sarana ekspresi diri melalui berbagai jaringan akun yang bahkan dijadikan sebagai alterego hingga hiburan semata. Selain itu kini media sosial bisa menjadi sarana bertukar dan mendapatkan informasi terbaru. Bagi yang memahami seluk beluk dan kinerjanya, media sosial menjadi alternatif dalam mendapatkan “cuan” atau rezeki.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Aldio Pramudya Gunadi atau akrab disapa Ogut Mudacumasekali. Ogut sendiri memiliki akun media sosial yang diberi nama @Mudacumasekali. Sebuah akun yang membahas mengenai pengembangan diri dan juga optimasi media sosial.
Secara singkat, Ogut mengajarkan bagaimana memanfaatkan media sosial untuk dijadikan sumber pendapatan alternatif melalui berbagai macam konten yang mampu diciptakan. Selain konten, optimasi media sosial termasuk dengan personal branding, atau menciptakan karakter sendiri sebagai gambaran aktivitas di media sosial.
“Membuat konten bukanlah sesuatu yang harus sesuai disiplin ilmu kita yang selama ini dipelajari di waktu kuliah misalnya, bukan, melainkan hal yang menyenangkan kita lakukan,” kata Ogut Mudacumasekali saat berbincang dalam Podcast Antara.
Ogut mengajarkan bahwa media sosial mampu menjangkau banyak khalayak secara mudah dan efisien melalui konten yang diciptakan dalam akun pribadi ataupun karakter lainnya. Lalu bagaimana menciptakan ide konten yang kreatif agar mendapatkan respons dan penonton yang sesuai jangkauan?
Pertanyaan tersebut terdengar mudah untuk dijawab Ogut yang sudah mempelajari karakter dari algoritma media sosial. Hal pertama dalam membuat konten yang harus dipahami adalah pemahaman dari tujuan konten. Menurutnya, hal mudah membuat konten adalah menciptakan sesuatu dari hobi atau hal yang dikuasai.
Berangkat dari hobi, hal itu akan membuat menyenangkan dalam menciptakan konten tanpa ada tekanan lainnya, sebab melakukan hobi tentu saja hal yang menyenangkan,” katanya.
Hobi sendiri memiliki banyak hal, bisa jadi hobi yang dimiliki seseorang ternyata menjadi hiburan yang menarik bagi orang lain. Maka penyajian konten hobi akan menjadi hal yang dicari jika konten yang disajikan dibuat secara konsisten.
Kedua, menemukan hal yang mampu menyelesaikan masalah orang lain. Setelah memahami konten yang mampu menyelesaikan masalah orang lain maka, akan banyak melihatnya karena hal tersebut merupakan sebuah solusi.
“Membuat konten yang menyelesaikan masalah orang lain bukan berarti hal teknis, namun lucu dan menghibur pun sudah menyelesaikan masalah orang lain yang sedang penat, setidaknya menjadi pelarian dari masalah,” katanya.
Dengan memahami bahwa konten yang dibuat mampu menjadi solusi masalah orang lain maka akan mendapatkan perhatian dari banyak orang. Selanjutnya maka bisa menuju ke langkah ketiga, yaitu, mencari target dari konten. Tentu saja target dari konten tidak bisa ditujukan kepada semua kalangan orang, namun dapat dimulai dari hal yang segmentasi, atau kalangan komunitas yang menyukai konten kita saja.
"Dengan memahami segmentasi pasar, maka akan mampu membuat konten yang spesifik, sehingga penonton akan lebih rela meluangkan waktu untuk melihat konten kita, sebab sudah menjadi hal yang disukai untuk dikonsumsi," katanya.
Penentuan target tidak kalah penting dibandingkan isi dari konten itu sendiri. Dalam menentukan target konsumsi konten, Ogut menyarankan untuk aktif dalam komunitas atau orang-orang yang se-visi dengan kontennya.
Bagaimana “monetisasi” dari konten?
Untuk mendapatkan keuntungan dari sebuah konten, Ogut menyarankan agar mengubah “mindset” dari pemikiran pembuat konten. “Banyak sekali orang berpikir bahwa konten kreator mendapatkan uang dari perusahaan media sosial, misalkan akan dibayar oleh Facebook, Twitter, Instagram hingga Youtube, maka hal tersebut adalah pemikiran yang menjebak orang untuk tidak kreatif,” ucap Ogut.
Sedikit ia membenarkan jika perusahaan penyedia layanan konten seperti Youtube memang memberikan pemasukan berupa bagi hasil dari iklan, namun hal tersebut adalah sebagian kecil dari apa yang didapat, sebab jika persentase penonton tidak sesuai standard dari Youtube, maka pembuat konten tidak akan mendapatkan apapun, kecuali sudah memiliki pengikut yang banyak. Selain itu, tidak setiap konten yang diunggah akan mendapatkan bayaran, jika tidak banyak mendatangkan penonton, kecuali kreator mampu membuat hal yang selalu mendapat banyak perhatian di mana pada akhirnya akan mengarah pada sensasi.
Tips yang diberikan Ogut adalah, pertama konten kreator harus mampu menciptakan “personal branding” atau karakter ciri khas yang mudah dikenal melalui isi konten yang diunggah, sehingga banyak orang akan mengasosiasikan hal-hal tertentu dengan kemampuan membuat konten. Misalkan, vlogger makanan, maka kreator akan dikenal sebagai orang yang mampu mengetahui cita rasa makanan dan lokasi-lokasi yang memiliki makanan unik atau enak.
Ketika branding sudah terbentuk maka pendapatan akan masuk dari sponsor, endorsment atau bahkan pemateri-pemateri vlogger yang memang spesialis untuk membuat konten makanan. Untuk dapat mencapai titik personal branding, diakui Ogut memang akan didapatkan tidak dalam jangka waktu singkat, sebab kreator harus terbiasa mengunggah hal yang serupa agar citra tersebut melekat.
Selanjutnya adalah konsisten, selama mengunggah materi konten dan membutuhkan banyak waktu untuk dikenal, maka konten yang diunggah haruslah konsisten, baik dari waktu penayangan, hingga tema yang stabil, meskipun dinamika naik turun penonton akan dirasakan, namun justru dinamika tersebut yang bisa dipelajari, untuk bahan evaluasi tiap pembelajaran.
Masa Lalu
Ogut sendiri mengaku mendapatkan ratusan juta tiap bulan bukan dari hasil instan unggah konten, namun berbagai macam percobaan sudah dilakukan dalam proses bertahun-tahun. Bahkan, Ogut sempat menjual ayam bakar dan bangkrut tanpa adanya keuntungan yang didapat, padahal ia kuliah hingga S2 dalam bidang manajemen bisnis hingga hukum, sempat bekerja di salah satu perusahaan konsultan bisnis terkemuka pada saat itu.
“Ironis juga, saat itu saya adalah konsultan bisnis, namun menjual ayam goreng saja saya bangkrut,” katanya sembari tertawa.
Dari kegagalan itulah ia belajar, bahwa pada saat itu ia hanya fokus pada produk saja, di mana ia harus menciptakan ayam goreng yang enak dengan kualitas terbaik, tetapi ia lupa bagaimana cara marketing promosi dan memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi, hingga suatu ketika ia mempelajari media sosial dan justru menjadi pakar optimasi media sosial.
Pada awalnya Ogut membuat konten mengenai tips dan manajemen perusahaan misalnya konten yang sempat meledak saat itu adalah “Tips menghadapi pertanyaan menjebak HRD”. Dari situlah ia sadar bahwa membuat konten haruslah sesuatu yang mampu memberikan solusi bagi orang, sampai pada masanya banyak orang yang bertanya kepadanya proses membuat konten tersebut dan ia mulai membagikan tips menjadi konten kreator.
Hanya bermodal kamera pinjaman ia mulai serius menjadi konten kreator dan memperluas bisnis jasa konsultan digital dalam optimasi media sosial.
Baca juga: Menparekraf: Komedian dan konten kreator profesi menjanjikan
Baca juga: Kolaborasi kreator konten antarnegara buat peluang bisnis kreatif
Baca juga: Facebook akan berinvestasi 1 miliar dollar AS untuk konten kreator
Seperti halnya yang dilakukan oleh Aldio Pramudya Gunadi atau akrab disapa Ogut Mudacumasekali. Ogut sendiri memiliki akun media sosial yang diberi nama @Mudacumasekali. Sebuah akun yang membahas mengenai pengembangan diri dan juga optimasi media sosial.
Secara singkat, Ogut mengajarkan bagaimana memanfaatkan media sosial untuk dijadikan sumber pendapatan alternatif melalui berbagai macam konten yang mampu diciptakan. Selain konten, optimasi media sosial termasuk dengan personal branding, atau menciptakan karakter sendiri sebagai gambaran aktivitas di media sosial.
“Membuat konten bukanlah sesuatu yang harus sesuai disiplin ilmu kita yang selama ini dipelajari di waktu kuliah misalnya, bukan, melainkan hal yang menyenangkan kita lakukan,” kata Ogut Mudacumasekali saat berbincang dalam Podcast Antara.
Ogut mengajarkan bahwa media sosial mampu menjangkau banyak khalayak secara mudah dan efisien melalui konten yang diciptakan dalam akun pribadi ataupun karakter lainnya. Lalu bagaimana menciptakan ide konten yang kreatif agar mendapatkan respons dan penonton yang sesuai jangkauan?
Pertanyaan tersebut terdengar mudah untuk dijawab Ogut yang sudah mempelajari karakter dari algoritma media sosial. Hal pertama dalam membuat konten yang harus dipahami adalah pemahaman dari tujuan konten. Menurutnya, hal mudah membuat konten adalah menciptakan sesuatu dari hobi atau hal yang dikuasai.
Berangkat dari hobi, hal itu akan membuat menyenangkan dalam menciptakan konten tanpa ada tekanan lainnya, sebab melakukan hobi tentu saja hal yang menyenangkan,” katanya.
Hobi sendiri memiliki banyak hal, bisa jadi hobi yang dimiliki seseorang ternyata menjadi hiburan yang menarik bagi orang lain. Maka penyajian konten hobi akan menjadi hal yang dicari jika konten yang disajikan dibuat secara konsisten.
Kedua, menemukan hal yang mampu menyelesaikan masalah orang lain. Setelah memahami konten yang mampu menyelesaikan masalah orang lain maka, akan banyak melihatnya karena hal tersebut merupakan sebuah solusi.
“Membuat konten yang menyelesaikan masalah orang lain bukan berarti hal teknis, namun lucu dan menghibur pun sudah menyelesaikan masalah orang lain yang sedang penat, setidaknya menjadi pelarian dari masalah,” katanya.
Dengan memahami bahwa konten yang dibuat mampu menjadi solusi masalah orang lain maka akan mendapatkan perhatian dari banyak orang. Selanjutnya maka bisa menuju ke langkah ketiga, yaitu, mencari target dari konten. Tentu saja target dari konten tidak bisa ditujukan kepada semua kalangan orang, namun dapat dimulai dari hal yang segmentasi, atau kalangan komunitas yang menyukai konten kita saja.
"Dengan memahami segmentasi pasar, maka akan mampu membuat konten yang spesifik, sehingga penonton akan lebih rela meluangkan waktu untuk melihat konten kita, sebab sudah menjadi hal yang disukai untuk dikonsumsi," katanya.
Penentuan target tidak kalah penting dibandingkan isi dari konten itu sendiri. Dalam menentukan target konsumsi konten, Ogut menyarankan untuk aktif dalam komunitas atau orang-orang yang se-visi dengan kontennya.
Bagaimana “monetisasi” dari konten?
Untuk mendapatkan keuntungan dari sebuah konten, Ogut menyarankan agar mengubah “mindset” dari pemikiran pembuat konten. “Banyak sekali orang berpikir bahwa konten kreator mendapatkan uang dari perusahaan media sosial, misalkan akan dibayar oleh Facebook, Twitter, Instagram hingga Youtube, maka hal tersebut adalah pemikiran yang menjebak orang untuk tidak kreatif,” ucap Ogut.
Sedikit ia membenarkan jika perusahaan penyedia layanan konten seperti Youtube memang memberikan pemasukan berupa bagi hasil dari iklan, namun hal tersebut adalah sebagian kecil dari apa yang didapat, sebab jika persentase penonton tidak sesuai standard dari Youtube, maka pembuat konten tidak akan mendapatkan apapun, kecuali sudah memiliki pengikut yang banyak. Selain itu, tidak setiap konten yang diunggah akan mendapatkan bayaran, jika tidak banyak mendatangkan penonton, kecuali kreator mampu membuat hal yang selalu mendapat banyak perhatian di mana pada akhirnya akan mengarah pada sensasi.
Tips yang diberikan Ogut adalah, pertama konten kreator harus mampu menciptakan “personal branding” atau karakter ciri khas yang mudah dikenal melalui isi konten yang diunggah, sehingga banyak orang akan mengasosiasikan hal-hal tertentu dengan kemampuan membuat konten. Misalkan, vlogger makanan, maka kreator akan dikenal sebagai orang yang mampu mengetahui cita rasa makanan dan lokasi-lokasi yang memiliki makanan unik atau enak.
Ketika branding sudah terbentuk maka pendapatan akan masuk dari sponsor, endorsment atau bahkan pemateri-pemateri vlogger yang memang spesialis untuk membuat konten makanan. Untuk dapat mencapai titik personal branding, diakui Ogut memang akan didapatkan tidak dalam jangka waktu singkat, sebab kreator harus terbiasa mengunggah hal yang serupa agar citra tersebut melekat.
Selanjutnya adalah konsisten, selama mengunggah materi konten dan membutuhkan banyak waktu untuk dikenal, maka konten yang diunggah haruslah konsisten, baik dari waktu penayangan, hingga tema yang stabil, meskipun dinamika naik turun penonton akan dirasakan, namun justru dinamika tersebut yang bisa dipelajari, untuk bahan evaluasi tiap pembelajaran.
Masa Lalu
Ogut sendiri mengaku mendapatkan ratusan juta tiap bulan bukan dari hasil instan unggah konten, namun berbagai macam percobaan sudah dilakukan dalam proses bertahun-tahun. Bahkan, Ogut sempat menjual ayam bakar dan bangkrut tanpa adanya keuntungan yang didapat, padahal ia kuliah hingga S2 dalam bidang manajemen bisnis hingga hukum, sempat bekerja di salah satu perusahaan konsultan bisnis terkemuka pada saat itu.
“Ironis juga, saat itu saya adalah konsultan bisnis, namun menjual ayam goreng saja saya bangkrut,” katanya sembari tertawa.
Dari kegagalan itulah ia belajar, bahwa pada saat itu ia hanya fokus pada produk saja, di mana ia harus menciptakan ayam goreng yang enak dengan kualitas terbaik, tetapi ia lupa bagaimana cara marketing promosi dan memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi, hingga suatu ketika ia mempelajari media sosial dan justru menjadi pakar optimasi media sosial.
Pada awalnya Ogut membuat konten mengenai tips dan manajemen perusahaan misalnya konten yang sempat meledak saat itu adalah “Tips menghadapi pertanyaan menjebak HRD”. Dari situlah ia sadar bahwa membuat konten haruslah sesuatu yang mampu memberikan solusi bagi orang, sampai pada masanya banyak orang yang bertanya kepadanya proses membuat konten tersebut dan ia mulai membagikan tips menjadi konten kreator.
Hanya bermodal kamera pinjaman ia mulai serius menjadi konten kreator dan memperluas bisnis jasa konsultan digital dalam optimasi media sosial.
Baca juga: Menparekraf: Komedian dan konten kreator profesi menjanjikan
Baca juga: Kolaborasi kreator konten antarnegara buat peluang bisnis kreatif
Baca juga: Facebook akan berinvestasi 1 miliar dollar AS untuk konten kreator
Oleh Afut Syafril Nursyirwan9
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment